Jakarta - Mentari pagi baru saja muncul, memantulkan sinar keemasan di permukaan dedaunan yang masih basah oleh embun. Udara segar terasa berbeda, menyejukkan paru-paru setiap insan yang melangkah masuk ke Taman Hutan Kota Penjaringan, Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara.
Hari ini, Minggu 14 September 2025, suasana di taman seluas 13,5 hektar itu begitu hidup. Sejak pukul enam pagi, warga sudah mulai berdatangan. Ada yang membawa anak kecil, pasangan muda yang bergandeng tangan, hinhga kelompok emak-emak dengan seragam olahraga warna-warni yang tampak semangat mempersiapkan diri untuk senam bersama.
Di tengah lapangan terbuka, musik riang mulai diputar. Irama yang membangkitkan energi segera membuat ratusan warga bergoyang mengikuti gerakan instruktur senam. Tangan terangkat, kaki melangkah, tawa riang bercampur dengan hentakan musik. Dari anak-anak hingga lansia, semua larut dalam satu gerakan yang kompak, sebuah pemandangan yang hanya bisa ditemui di ruang terbuka hijau yang benar-benar hidup.
"Kalau Minggu, suasana di sini selalu seramai," ujar Hengky, Ketua RT Kelurahan Pejagalan, sambil menunjuk barisan warga yang berbaris rapi mengikuti senam. "Warga datang bukan hanya untuk olahraga, tapi juga untuk bersilaturahmi," sambung dia.
Sementara itu, di jalur pedestrian yang teduh diapit pepohonan flamboyan dan kenari, sejumlah warga lebih memilih berjalan santai. Langkah kaki terdengar beriringan, bercampur dengan kicau burung dan gemerisik daun yang tertiup angin. Beberapa orang sengaja berhenti di bangku kayu, melepaskan lelah sambil menyeruput air mineral, sementara anak-anak mereka berlarian bebas di area bermain yang aman dan bersih.
Dari Kumuh Menjadi Indah
Tak banyak yang ingat bahwa belasan tahun lalu, kawasan ini hanyalah lahan semrawut di tepi Kanal Banjir Barat. Kolong jalan tol penuh dengan permukiman liar, padat, dan tidak sehat. Namun sekitar 14 tahun lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan penertiban besar-besaran. Lahan dibebaskan, ditata ulang, ditanami pepohonan, dan akhirnya diresmikan sebagai ruang terbuka hijau.
Kini, wajahnya berubah total. Trembesi, flamboyan, kenari, hingga waru tumbuh menjulang, menciptakan teduh alami yang menyejukkan. Di bawahnya, jogging track yang mulus membentang, memandu setiap langkah kaki warga yang ingin berolahraga.
Lebih dari Sekadar Taman
Hutan Kota Penjaringan bukan hanya paru-paru kota. Ia adalah ruang sosial. Tempat orang bertemu, bercengkerama, dan menguatkan ikatan kebersamaan.
Hari ini, pemandangan itu nyata terasa. Ada komunitas gowes yang baru saja menyelesaikan putaran, lalu berhenti untuk berfoto bersama. Ada kakek-nenek yang berjalan pelan, tangan saling menggenggam sambil tersenyum melihat cucunya berlari. Ada remaja yang duduk di tepi jalur, menikmati camilan sambil memotret momen dengan ponsel. Semua larut dalam suasana yang sama, damai, sehat, dan bahagia.
Bagi warga Jakarta yang sering penat oleh polusi, macet, dan rutinitas, taman ini terasa seperti hadiah. Di sini, tubuh berolahraga, pikiran beristirahat, dan hati berbahagia. Tak berlebihan jika menyebut Hutan Kota Penjaringan sebagai "oase hijau" di tengah padatnya beton ibu kota.
Minggu pagi ini sekali lagi membuktikan, ruang terbuka hijau bukan sekadar tambahan, tetapi kebutuhan. Tempat di mana manusia bisa kembali pada hakikatnya, hidup selaras dengan alam, meski hanya sejenak.
Penulis: Ahmad Rahmansyah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI