"Fanatik  bagaimana maksudmu?"
"Ya fanatik, Mas. Masak setiap malam hari tulisanya kepada sponsor makin hari makin keras. Aku jadi kewalahan menghadapinya."
"Wah, namanya juga juara bertahan kompasiana, memang biasanya begitu," kata Ikhwanul mencoba memaklumkan.
"Kalau  satu bulan dua bulan pertama masih wajar, Mas.Tapi ini  sudah  perayaan 9 tahun kompasiana, Mas. Apa itu nggak  berlebihan?"
"Wah, Iya ya, kalau dirasa-rasa sih, memang berlebihan sih. Lha penginmu bagaimana?"
"Pengin  saya, Mbak Lilik itu kalau nulis kritik satu kali saja dalam satu hari,  nggak usah nambah. Bahkan lebih baik kalau dia tetap di fiksiana saja  tak ke kolom lain"
"Lha kan kamu tinggal menolak, begitu saja kok repot lho Dik"
"Nah,  itulah masalahnya, Mas. Saya ini orangnya nggak tegaan, kalau  Mbak  Lilik meminta pemakluman lagi, apalagi dengan memasang wajah  melasnya  itu, saya sering nggak tega dan akhirnya luluh juga. Gimana Mas  Ikhwanul,  ada solusi?"
"Hahaha, yo jelas ada. Bukan Mas Ikhwanul namanya kalau tidak bisa memberikan solusi."
Muka  Iskandar cerah. Akhirnya ia mendapatkan solusi atas  permasalahannya  selama ini. Ia tak sabar ingin segera mendengarkan  solusi dari Mas  Ikhwanul.
Wah, apa itu solusinya, Mas?"