Beberapa waktu lalu kita pernah mendengar berita sepasang suami istri bercerai karena berbeda padangan politik. Situasi seperti ini sangat berpengaruh kepada anak dalam belajar berpolitik. Anak dapat memiliki pandangan bahwa apabila terdapat seseorang yang berbeda pandangan politiknya, maka boleh dipandang buruk semua kepribadiannya. Dengan posisi anak sebagai pemilih pemula, hal ini sangat berbahaya untuk sekarang dan masa mendatang.
Contoh dari Peserta Pemilu
Di luar kehadiran oknum dalam memanfaatkan kurangnya pengalaman politik pemilih pemula dalam rangka menggerakan suara untuk meningkatkan elektabilitas peserta Pemilu tertentu, sudah semestinya peserta Pemilu sendiri mampu memberi contoh yang benar dan memberikan pendidikan politik kepada para pemilih pemula. Pendidikan politik dapat diberikan oleh peserta Pemilu melalui ajakan untuk mempunyai pandangan politik dengan memperhatikan perihal visi, misi, riwayat peserta dan memberikan contoh berpolitik yang tertib dan elegan.
Apabila peserta Pemilu sebagai figur publik masih berpolitik dengan cara yang "kampungan", maka pendidikan politik yang sesuai tidak akan tersampaikan secara maksimal kepada pemilih pemula.Â
Sarana sosial media yang semakin sering digunakan peserta ada baiknya menggunakan bahasa yang santun dan mengajak masyarakat untuk saling menghormati meskipun berbeda pandangan politik. Saya kira hal ini dapat menjadi panutan bagi pemilih pemula.
 "Kepolosan" pemilih pemula jangan sampai dimanfaatkan hanya untuk peningkatan elektabilitas peserta Pemilu, justru "kepolosan" tersebut yang menjadi sarana para peserta Pemilu untuk bekerjasama memberikan pendidikan politik yang ideal sesuai Pancasila.