Mohon tunggu...
Abdurrahman Al Haddar
Abdurrahman Al Haddar Mohon Tunggu... Penulis - Magister Study Program Islam, Development and Public Policy and Bachelor of Islamic Education

Kajian : 1. Islamic Education Conceptual and Public Policy 2. Community development : Pesantren and Ecology 3. Islam and environment in distruption era

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Dunia Pendidikan Kehilangan Esensinya

14 April 2024   06:34 Diperbarui: 14 April 2024   06:51 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketahuilah bahwa dunia pendidikan menjadi bagian sentral yang menentukan ke mana arah masa depan Negeri 'berlabuh', apakah berlabuh dalam dunia kelam yang penuh dengan 'kabut' permasalahan ataukah justru masuk ke dalam 'ladang emas' yang penuh kebahagiaan yang mewujudkan impian Bangsa.  Beberapa makna majas tersebut ingin mengutarakan bahwa begitu pentingnya seluruh elemen Bangsa baik Pemerintah, organisasi kemasyarakatan, masyarakat tradisional, pihak swasta, dan begitu juga seluruh stakeholder lainnya untuk memberikan perhatian penuh terhadap kualitas mutu pendidikan. 

Karena ketercapaian pembangunan sangat diukur dari seberapa tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nya, dan tentu saja kualitas SDM sangat diukur pula dari seberapa tinggi kualitas Pendidikan yang diterapkan. Ketika Pendidikan berjalan dengan baik sejalan dengan apa yang diharapkan, maka pada akhirnya akan mewujudkan pembangunan yang maksimal, hal tersebut tentu akan dirasakan kembali kepada seluruh elemen Bangsa tersebut.

Barometer keberhasilan dapat diamati dari segi seberapa besar hasil karya atau prestasi (saat proses pendidikan berlangsung) peserta didik dan juga kualitas output peserta didik tersebut setelah menamatkan pendidikannya di sekolah/perguruan tinggi. Bila diperhatikan dari segi proses pendidikan, terlihat di satu sisi begitu banyak anak Negeri yang memiliki potensi luar biasa dengan segala daya kreativitas, dan intelegensi mereka sehingga melahirkan begitu banyak karya dan prestasi yang didapatkan. 

Sehingga tak heran di dalam kancah kompetisi global di beberapa sektor penting anak Negeri begitu diperhitungkan, baik bidang olahraga terutama bulutangkis, sains/olimpiade bidang akademik, akan tetapi dibalik itu banyak pula ditemukan peserta didik terutama daerah- daerah terpencil  yang memiliki kemampuan tinggi namun tidak terpakai hanya karena kurangnya fasilitas dan mediator oleh stakeholder terkait.

Di sisi yang lain, barometer keberhasilan ketercapaian selama menempuh sekolah adalah kesiapsiagaan peserta didik dalam menentukan arah tujuan yang dicapai pasca- sekolah. Tidak sedikit sekolah yang hanya berhenti pada proses pembelajaran saja, dan berporos pada ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) tanpa terlalu masuk pada segmen penjaringan akan kemana, mau seperti apa peserta didiknya akan berlanjut. Ini menjadi sesuatu hal yang harus diberikan porsi yang lebih oleh sekolah kedepannya. Hal ini karena nilai berupa angka tidak dapat menggambarkan secara utuh bagaimana output peserta didik dikatakan sudah berhasil atau tidak, banyak sekali faktor lainnya yang menentukan.

Data menunjukkan bahwa tahun 2023 kualitas mutu pendidikan di Indonesia berada pada urutan 67 dari 209 Negara di dunia dan jumlah angka pengangguran mencapai 7,86 juta orang per Agustus 2023 dan terus meningkat hingga kini. Selain itu, bisa kita rasakan saat ini tingkat kenakalan remaja semakin bertambah kasusnya, mulai dari bullying, pelecahan seksual, pergaulan bebas seperti yang terjadi di Ponorogo, tawuran antar pelajar, dan lainnya. Semua data faktual ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia sampai saat ini belum memberikan kepastian keterjaminan bahwa kualitas generasi ke depan akan lebih baik.

Satu hal yang dirasa penting juga bahwa dibutuhkan pemahaman bahwa pendidikan tidaklah hanya berporos pada saat peserta didik di sekolah, akan tetapi implementasi proses pendidikan sejatinya terus berlangsung selama 24 jam yang terbagi atas waktu formal saat di sekolah serta non formal/ informal saat di luar sekolah, mulai dari anak bangun tidur hingga tidur kembali. Sehingga yang memegang kendali tanggung jawab terhadap kualitas output proses pendidikan secara umum termasuk karakter, kepribadian, kompetensi, skill, kerohanian/keagamaan anak adalah seluruh pihak yang kiranya berhubungan atau terlibat dengan peserta didik selama 24 jam tersebut. Khususnya keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Dibutuhkan pondasi keagamaan dan juga budi pekerti bagi peserta didik, dibalik kebutuhan akan keterampilan (skill).

Seringkali dialami peserta didik ketika akan memasuki bangku perkuliahan mereka belum mengenal kualifikasi bakat, minat, hobi, dan arah keahlian yang dimiliki. Sehingga perkuliahan bukan menjadi tempat untuk menguatkan sisi kualifikasi masing- masing seseorang, akan tetapi hanya menjadi trend semata, yang mana notabenenya mereka memasuki jurusan yang tidak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Alhasil yang terjadi adalah output hasil akhir proses pendidikan peserta didik mulai dari TK (2 tahun), SD (6 tahun), SMP (3 tahun), SMA (3 tahun), dan Perkuliahan (4 tahun), sehingga apabila dijumlahkan yakni 18 tahun tidak memberikan dampak yang nyata bagi kehidupan peserta didik sendiri memasuki era globalisasi yang begitu tinggi akan persaingan individualistik dan juga orang terdekatnya.

lalu ketika semua itu terus terjadi tanpa henti, akan seperti apakah generasi pemimpin Bangsa kedepannya ? apakah kondisi Bangsa akan larut dalam keterpurukan seperti yang sudah dirasakan puluhan atau bahkan ratusan lalu atau tidak. Semua itu tentu kembali kepada kita semua sebagai elemen Bangsa yang cinta terhadap tanah air, dan sangat mengidamkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian bersama. Oleh karena itu, penutup dari tulisan ini ingin mengajak kita semua tak kenal status sosial kita apa, untuk ikut serta dalam memajukan Bangsa dari sisi dunia Pendidikan yang kini terasa kehilangan esensinya dengan berbagai cara yang kita mampu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun