Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sumpah Pemuda, Kesehatan Mental dan Mentalitas Anak Muda

28 Oktober 2021   06:07 Diperbarui: 29 Oktober 2021   03:43 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemuda. Sekelompok anak muda memegang bendera merah putih di puncak gunung, menatap matahari terbit.| Sumber: Shutterstock/Triawanda Tirta Aditya via Kompas.com

Orang jadi tidak nafsu makan, emosinya cenderung meninggi dan tidak terkontrol, overthinking, kesepian, keinginan besar untuk mengakhiri hidup karena kesulitan ekonomi dan tidak diterima di lingkungannya karena mereka "berbeda" dari yang lain. 

Hal ini timbul dari rasa kecemburuan karena mereka terbius akan kehidupan yang enak dan mereka memiliki privilege untuk hidup bahagia.

Ketakutan, kecemasan, tidak percaya diri selalu menjadi sebuah bagian dari peneman setia kehidupan. Memang kita diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Tetapi yang namanya manusia jika sudah merasa dirinya sempurna benar-benar tidak pernah dan selalu haus akan kepuasan. Pengen A pengen B tapi hanya sekadar pengen, hanya sebatas omong kosong keluar dari mulut tanpa ada aksi babibu. 

Sebuah data dari WHO melaporkan bahwa 20 persen remaja mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan emosional. 

Hal ini terjadi karena berbagai faktor mulai dari munculnya konflik antara teman, keluarga, pacar dan lingkungan sosial, munculnya stigma yang masih menjadi sebuah perdebatan dan aturan, timbulnya gejala kesehatan mental yang tidak lazim seperti adanya bullying, insecure, overthinking, toxic masculinity, self deprecation, self-esteem yang rendah dan lainnya. 

Media sosial menjadi pemicu seorang pemuda merasa minder akan tingkat kepercayaan dirinya sehingga tidak bisa menjadi dirinya sendiri.

Pemuda juga terkadang enggan untuk melakukan konsultasi kepada psikiater karena mereka masih menganggap kalau konsultasi ke psikolog atau psikiater dikira terkena gangguan jiwa atau ODGJ. 

Padahal sebenarnya kita juga butuh untuk didengar, butuh masukan dan saran, karena percuma kadang orang mau curhat tapi tidak pernah digubris dan enggan mau mendengarkan. Pada akhirnya orang memilih untuk memendamnya sendiri karena takutnya kalau diceritakan pada orang lain malah jadi bahan gunjingan atau gosip.

Saya rasa esensi dari Sumpah Pemuda bukan hanya soal menghargai perbedaan saja, tetapi bagaimana generasi muda untuk memaknai perbedaan dengan membentuk kesadaran secara mental untuk membangun mentalitas anak muda. 

Pemuda sekarang harus bisa menanggalkan rasa takut dan cemas jika dianggap oleh masyarakat karena hanya kita berbeda. 

Dengan memiliki mental yang sehat, generasi muda dapat dengan mudah menjalani hidupnya dan kesehariannya tanpa adanya bayang-bayang ketakutan dan rasa ketidakyakinan yang berkecamuk dalam dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun