Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sumpah Pemuda, Kesehatan Mental dan Mentalitas Anak Muda

28 Oktober 2021   06:07 Diperbarui: 29 Oktober 2021   03:43 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemuda. Sekelompok anak muda memegang bendera merah putih di puncak gunung, menatap matahari terbit.| Sumber: Shutterstock/Triawanda Tirta Aditya via Kompas.com

Selalu menjadi pemuda yang melek digital, melek teknologi, melek akan kesehatan mental, menjadi pemuda yang produktif, harus belajar untuk kritis informasi, bijak dalam bermedia sosial agar tidak gampang termakan oleh berita hoax maupun tidak gampang tersulut dan terpancing oleh ujaran kebencian yang penuh emosi bagaikan vampire yang selalu menyerap darah korbannya.

Sumpah pemuda memiliki sebuah keywords atau kata kunci telah mengajarkan kita sebagai seorang pemuda untuk menghargai perbedaan. 

Kalian tentunya masih ingat dengan kehadiran perwakilan pemuda dalam Kongres Pemuda yang dihadiri oleh berbagai perkumpulan dari Sabang sampai Merauke. Cara pandang seseorang tentunya memiliki persepsi yang berbeda dalam menghargai perbedaan. 

Tetapi yang perlu diingat adalah adanya perbedaan bukan untuk saling membeda-bedakan tetapi perbedaan hadir sebagai perekat persatuan. Hal ini didasari atas mengakarnya rasa nasionalisme yang perlu dijadikan sebagai teladan bagi pemuda dalam menyikapi dan menghargai sebuah perbedaan.

Berbicara soal perbedaan, kita tahu bahwa setiap orang memiliki identitasnya masing-masing sesuai dengan prioritasnya. Karena kita perlu memahami bahwa kita tidak boleh memaksakan identitas yang telah kita prioritaskan kepada orang lain. Kembali lagi, prioritas setiap orang berbeda. Justru kita perlu menghargai identitas tersebut. 

Kita juga tidak boleh menjudge atau melabeli seseorang, karena pelabelan bukan sesuatu hal yang baik apalagi label yang kita sematkan menjadi permanen hanya karena perlakuan tertentu. Kita justru jadi teringat akan seseorang hanya karena label yang kita berikan.

Dengan kita menghargai perbedaan maka hidup kita menjadi lebih tenang, karena kita tidak perlu memusingkan lagi orang-orang dengan identitasnya berbeda dan pikirannya dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang positif. 

Jika kita selalu memperdebatkan perbedaan maka kita selalu merasa negative thinking hanya karena kita dianggap berbeda. Jangan takut untuk menerima perbedaan. 

Perbedaan ada bukan untuk dibenci, tetapi untuk dihargai. Perbedaan datang justru memberikan warna dalam kehidupan kita sehingga hidup rasanya tidak datar-datar saja dan isinya cuma itu-itu aja.

Seperti jargon Chitato yaitu Life is Never Flat mengajarkan bahwa perbedaan hadir membuat kehidupan yang sedang kita jalani bergelombang dan ada liku-likunya. Jadi tidak terkesan jalannya lurus-lurus saja begitu. 

Jika kita memaknai dan menikmati mungkin akan terasa mengasyikkan, jika kita tidak mungkin akan merasa bosan. Syukurilah atas adanya sebuah perbedaan, siapa tau kita akan mendapatkan pembelajaran baru yang mungkin tidak akan kita dapatkan dari tempat lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun