Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Kesaktian Pancasila di Masa Pandemi

1 Oktober 2021   13:45 Diperbarui: 1 Oktober 2021   13:49 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Pancasila Sakti via Kominfo

Ketiga, Pancasila dapat mencengkeram beragam permasalahan sehingga dapat diresapi, dihayati dan diamalkan. Pada hakikatnya, Pancasila memang hanya memuat lima sila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial. 

Kalau dulu kita masih ingat bahwa ada P4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang mana tiap silanya dijiwai dan dimaknai dengan sepenuh hati dengan diejawantahkan melalui bentuk butir-butir Pancasila. Tiga kekuatan itulah yang membuat Pancasila terjaga kemurniannya sehingga tegak kokoh berdiri dan sakti sampai hari ini.

Dilansir dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila menjelaskan bahwa parameter Pancasila dapat dikatakan sakti apabila kita sebagai warga negara dapat mengamalkan dan menjalankan sila-sila yang terkandung dan tertuang dalam Pancasila. 

Pancasila bagaikan sebuah jimat, yang mana ketika kita meresapi dan mengamalkan isi dari sila-sila tersebut bukan hanya berhenti diucapkan di bibir saja namun juga dilakukan dalam bentuk tindakan.  

Ukuran bagaimana Pancasila itu sakti adalah bagaimana indeks negara, rakyat, pemerintah, indeks demokrasi, toleransi beragama, persatuan antar etnis, kebersihan pemerintah, pendidikan rakyat, ekonomi makro dan mikro, politik yang bersih, kesehatan warga menjadi sebuah bukti nyata dan keseriusan pada bidang masing-masing bukan semata-mata hanya ilusi atau omong kosong saja.

Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila memiliki sifat yang sangat dinamis dan terbuka. Pancasila secara yuridis dikukuhkan sebagai ideologi Negara. Meskipun demikian perlu aktualisasi sebagai pijakan atas dasar pemikiran untuk melakukan tindakan. Langkah ini sebenarnya telah dimulai ketika kita ingat saat duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, pelajaran Pancasila selalu hadir dan diberikan sehingga tidak pernah terlewatkan. 

Melalui proses pembelajaran tersebut, diharapkan Pancasila hadir dalam tiap sanubari pribadinya dalam konteks ruang dan waktu serta dalam pengambilan keputusan. Puncaknya, Pancasila dapat menjadi sarana penyelesaian masalah-masalah baik individu maupun kelompok.

Namun, Pancasila bisa jadi mengempis kesaktiannya seperti pepatah "walk the talk, talk the walk". Menjalankan apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang dijalankan. 

Seringkali publik gusar ketika figur publik atau pejabat tidak hafal isi sila dalam Pancasila. Tentu ini patut untuk diwaspadai mengingat gejala seperti ini diibaratkan seperti bola saju yang menggelinding jika diteruskan. 

Muncul berbagai bibit-bibit tindakan yang bertolak belakang dengan semangat Pancasila mulai dari intoleransi, menyebarkan ujaran kebencian, kerusuhan, kejahatan genosida dan tindakan meresahkan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun