Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Self Deprecation, Merendahkan Diri Sendiri Jadi Lupa Diri

20 September 2021   20:31 Diperbarui: 20 September 2021   20:35 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by The Review University of Delaware by Flickr

2.Sering Merendahkan Diri Sendiri
Terlalu sering merendahkan diri sendiri menjadi tanda bahwa kamu melakukan self deprecating. Bagi kamu, sikap mencela diri sendiri telah menjadi kebiasaan, tidak terkecuali saat berhasil meraih capaian bergengsi yang membutuhkan usaha dan kerja keras untuk bisa mendapatkannya. Punya teman yang pintar pelajaran matematika. Ketika diminta gurunya maju ke depan, dia selalu maju dan selalu benar jawabannya. Ketika salah satu temanku menyeletuk 

"eh kok kamu pinter banget sih mana jawabannya selalu benar lagi"
"ah engga kok, biasa aja kebetulan moodku lagi bagus"
Aku mungkin tidak paham korelasinya antara mood bagus dengan merendahkan dirinya yang padahal pintar dan selalu menjadi anak kesayangan gurunya itu. Tetapi pujian sana-sini dilontarkan juga tetap merendah.

3.Lebih Baik Merendah Karena Takut Tidak Disukai Orang Lain
Orang yang memamerkan kemampuan dan prestasinya terkadang dianggap sombong. Tak ingin mendapatkan cap negatif, hal tersebut kemudian membuat orang-orang memilih untuk rendah diri dan tidak mengakui keberhasilannya. Seperti misalnya
"eh Sul IPK kamu berapa?"
"3,01 din"
padahal kenyataannya IPKnya 3,90. Alasan-alasan yang dibuat seakan memutarbalikkan fakta ini kemudian dia memilih untuk merendah karena takut diserang dan dihujat teman satu kelasnya. Padahal sebenarnya bisa jadi di satu sisi, teman-temannya iri karena IPKnya bagus atau disupport karena punya teman dekat yang memiliki IPK bagus. Jadi ada rasa apresiasi dan rasa bangga.

4.Self Deprecation Menimbulkan Krisis Kepercayaan Diri
Kok aku enggak sepintar dan seberuntung dia ya?

Krisis kepercayaan diri muncul ketika kita memandang diri kita lebih rendah daripada orang lain. Kita merasa tidak mampu untuk melewati setiap liku-liku kehdupan ini. Atas dasar manusia yang tidak pernah puas, mereka selalu ingin lebih lebih dan lebih dari manusia lainnya. Kalau kita berada di dalam situasi yang seperti ini, bisa dibilang kita tidak pernah cukup baik dan kehilangan jati diri siapa kita yang sebenarnya.

Membandingkan proses dan pencapaian orang lain seakan sudah menjadi kebiasaan. Sehingga kita lupa dengan tujuan awal, untuk apa kita hidup, untuk apa kita memperjuangkan sesuatu yang sedang kamu usahakan. Terlena akan keinginan diri sendiri sehingga tidak fokus karena orang lain. Padahal kalau dipikir-pikir setiap dari diri kita memiliki keistimewaan, memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 

Mulai sekarang, jadikan pencapaian orang lain itu sebagai motivasi untuk kita bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Kita boleh kok merayakan dan menghargai atas setiap pencapaian diri kita walaupun kecil tapi prosesnya tidak mudah. Percaya deh kita ini unik, spesial dan istimewa. Jangan kamu samakan antara mengevaluasi diri sendiri dengan merendahkan diri sendiri. Jelas berbeda.

Melihat dampak buruk yang bisa ditimbulkan, kebiasaan merendahkan diri sendiri harus segera dihilangkan. Beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk membantu menghilangkannya adalah banyak-banyak berpikir secara positif, sering sering berkata positif. Jika kamu menerima pujian yang diberikan oleh orang lain, ucapkan terima kasih. Jika kamu menerima kritikan kamu anggap sebagai dorongan untuk berbuat lebih baik lagi kedepannya.

Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun