Pola seperti ini kemudian diaplikasikan di bidang politik  oleh beberapa konsultan dan pelaku politik. Selain menggunakan influencer , beberapa pihak juga menggunakan buzzer untuk mengamlifikasikan pesan mereka.Â
Buzzer agak berbeda dengan influencer meski keduanya sering punya follower yang  juga besar. Buzzer sering memanfaatkan sifat medsos yang bisa anonym, tapi bisa juga buzzer punya indentitas yang jelas.
Kehadiran influencer dan buzzer dan dimanfaatkan untuk politik memang salah satu buah dari demokrasi, perkembangan media sosial, ketebukaan informasi dunia digital. Siapa saja bisa menggunakan buzzer dan influencer dalam mendapatkan pengaruh masyarakat.
Tapi prespektif buzzer bisa negative jika digunakan kelompok tertentu dalam menyerang pemerintahan. Atau menuduh pemerintah memakai buzzer untuk mempertahankan kebijakannya. Penilaian ini tentu saja jauh dari obyektif.
Terpenting dari itu semua adalah menjaga preskpektif kita dalam koridor positif karena tidak ada satu pemerintahanpun yang ingin menyengsarakan rakyatnya. "Perang" narasi antar buzzer benar-benar menghabiskan waktu dan energy kita yang seharusnya bisa dialihkan untuk hal-hal positif.
Mari membangun Indonesia dan itu hanya bisa dimulai dengan prespektif yang baik.