Setiap kita pasti pernah gagal---disadari atau tidak, besar atau kecil. Saat kegagalan datang, kita akan diliputi "awan" dalam pikiran yang akan bertanya "what if I did better?" atau "andaikan saja dulu saya bisa berbuat lebih baik". Maka, dalam momen berikutnya kita dihadapkan pada situasi yang sulit, pertanyaan "what if"(s)---atau pengandaian dalam istilah sederhananya---akan menjadi gema dalam kepala yang tidak pernah benar-benar diam. Gema tersebut akan mengambil rupa bayangan kegagalan yang telah berlalu, penyesalan yang belum terjadi, ataupun kemungkinan terburuk yang "terjadi" hanya dalam pikiran saja.
Saat gema itu datang, rasanya seperti berdiri di tepi jurang. Membayangkan semua hal buruk yang dapat terjadi saat hendak melangkah. Padahal, kadang jurang tersebut hanya muncul dalam pikiran kita saja. Saat di titik itu, saya menyadari satu hal penting: hidup dalam bayang-bayang "what if" bukanlah hidup yang utuh, melainkan hidup yang separuh tertahan.
Sekilas, frasa what if seringkali terdengar bijak. Seolah kita sedang berpikir panjang. Seolah kita berhenti sejenak untuk mempertimbangkan semua kemungkinan. Seakan kita bersikap hati-hati. Akan tetapi, bila kita mencermati lebih dalam, tiap "what if" muncul seringkali justru menyembunyikan rasa takut. Ia bukan lagi pertimbangan, tapi penundaan. Bukan lagi kehati-hatian, tapi keengganan untuk bergerak.
Bentuk ketakutan seperti ini sering dikenal sebagai anticipatory anxiety---kecemasan yang muncul bukan karena sesuatu yang sedang terjadi, tapi karena sesuatu yang mungkin saja terjadi. Kita jadi terlalu sibuk menyiapkan diri untuk kemungkinan buruk, sampai lupa bahwa kemungkinan baik juga bisa terjadi. Bahkan lebih dari itu, kita lupa bahwa saat ini layak dijalani, meski belum pasti arahnya. Seperti yang dijelaskan oleh Aaron T. Beck, salah satu tokoh berpengaruh dalam psikologi klinis modern, dalam teorinya tentang distorsi kognitif (cognitive distortion), pikiran seperti "bagaimana kalau gagal", "bagaimana kalau ditolak", atau "bagaimana kalau aku tidak cukup baik" seringkali berasal dari pola pikir yang tidak rasional meskipun terasa sangat nyata. Bila kita terus-menerus membiarkan pikiran-pikiran itu memimpin arah hidup, kita tidak hanya kehilangan keberanian untuk melangkah---kita juga kehilangan kesempatan untuk benar-benar hadir di saat ini.
Saat ketakutan mulai mengambil alih, ia jarang datang dalam bentuk teriakan. Ia datang dalam bisikan. Pelan-pelan. Menyelinap ke dalam keputusan kecil sehari-hari: menunda langkah, menolak peluang, atau pura-pura tidak ingin sesuatu yang sebenarnya kita inginkan. Kita mungkin tampak baik-baik saja di luar. Tapi di dalam, kita dihantui pertanyaan-pertanyaan seperti: "bagaimana kalau ternyata aku tidak sanggup?" atau "bagaimana kalau aku menyesal di kemudian hari?" Dalam senyap, ketakutan membentuk pagar tak kasatmata yang mengurung langkah kita---bukan karena kita tidak mampu, tapi karena kita terlalu sering percaya pada suara yang melemahkan dari dalam diri sendiri.
Itulah kenapa what if begitu berbahaya: ia tidak terlihat destruktif, tapi perlahan mengikis keberanian. Ia menciptakan penjara di dalam diri, tempat kita terus berjalan dalam lingkaran, tanpa benar-benar melangkah kemana pun. Dan tanpa kita sadari, kita dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk berdiri di tempat yang sama---bukan karena tidak ada jalan keluar, tetapi kita terlalu sibuk membayangkan jalan buntu.
Namun, hidup tidak pernah benar-benar bisa dijalani dengan sempurna. Tidak ada jaminan bahwa semua akan berjalan sesuai rencana. Serapi apapun kita merangkai langkah, selalu ada ruang bagi yang tidak terduga untuk masuk---entah berupa kegagalan, kehilangan, ataupun hal-hal yang memberikan kita kejutan. Maka, daripada terus berputar dalam ketakut, saya mulai bertanya ulang: adakah cara lain untuk memaknai hidup di tengah ketidakpastian ini?
Lalu, saya bertemu dengan pernyataan yang memberikan penguatan dalam cara saya memaknai ketakutan dan ketidakpastian:
       Fear is "What If"Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!