Mohon tunggu...
Christopher Reinhart
Christopher Reinhart Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Christopher Reinhart adalah peneliti sejarah kolonial Asia Tenggara. Sejak 2022, ia merupakan konsultan riset di Nanyang Techological University (NTU), Singapura. Sebelumnya, ia pernah menjadi peneliti tamu di Koninklijke Bibliotheek, Belanda (2021); asisten peneliti di Universitas Cardiff, Inggris (2019-20); dan asisten peneliti Prof. Peter Carey dari Universitas Oxford (2020-22).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebajikan Hidup Biasa dan Mimpi Semu Kekayaan

16 November 2021   19:02 Diperbarui: 16 November 2021   19:13 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar (kemungkinan Krukut) di Surabaya pada awal abad ke-20 (Koleksi Publik KITLV)

Pada mulanya, kolonialisme Eropa yang muncul setelah Abad Penjelajahan adalah anak yang lahir dari mimpi orang Eropa untuk "menjadi kaya". Setelahnya, banyak eksploitasi manusia, hewan, dan alam yang dilakukan atas nama keuntungan. Pada titik ini, mungkin banyak yang mengira bahwa saya mendukung gagasan tandingan dari kapitalisme, seperti misalnya ide-ide Karl Marx dan turunannya. 

Saya tidak dapat menyatakan sepenuhnya bahwa saya benar-benar mengamini semua ide Marx---namun saya memang banyak menyetujuinya dan tidak keberatan untuk "dituduh" Marxis. Banyak pula sejarah kelam yang terjadi seputaran ide-ide Marx, namun jumlah korbannya dapat paling tidak dihitung oleh para sejarawan. 

Namun, korban dari sistem kapitalisme bahkan mustahil untuk dihitung karena sistem kapitalisme itu sendiri sering kali tidak disadari. Saya kira jumlah korban yang dihempaskan untuk mimpi-mimpi para kapitalis untuk "menjadi kaya" jelas melebihi jumlah korban di bawah panji Marxisme.

Namun, di samping ide-ide Marx, sistem ide yang khas Indonesia adalah ide "hidup biasa". Pemikiran masyarakat untuk mendukung diri mereka secara mandiri sekaligus melindungi alam dapat terlihat dari berbagai macam pemikiran dan gaya hidup lokal di Kepulauan Indonesia. Salah satu contoh bagus dapat kita lihat dalam masyarakat Jawa sebelum tahun 1830. Pada tahun 2018, saya telah menulis esai berjudul "Lelembut dan Gagalnya Kapitalisme Jawa". 

Di sana, saya menerangkan bagaimana tradisi lisan orang Jawa menjadi sebab dan indikator dari kegagalan kapitalisme untuk tumbuh di Jawa. Menariknya, taraf hidup---kesehatan dan bidang lain---masyarakat Jawa yang tidak mengadopsi sistem kapitalisme pada saat itu juga tidak lebih rendah dari taraf hidup masyarakat Eropa yang telah mengenal kapitalisme. Taraf hidup masyarakat Jawa justru merosot hebat setelah tahun 1830---sesaat setelah kapitalisme diperkenalkan oleh sistem kolonialisme Belanda. Hidup biasa tidak seharusnya dipandang lebih rendah dari hidup orang kaya yang bermewah-mewah. 

Hidup biasa adalah aspek yang sebenarnya tidak mudah dilakukan. Lewat esai ini, saya tidak mengajak Anda untuk mengubur mimpi Anda untuk menjadi kaya. Saya hanya mengajukan dua pertanyaan; dapatkah Anda menjadi kaya tanpa mengeksploitasi manusia dan alam secara berlebihan? 

Dan dapatkah Anda menjadi kaya sambil menyusun skema yang berkelanjutan bagi alam? Jika Anda punya mimpi untuk "menjadi kaya", Anda harus dapat menjawab "ya" kepada kedua pertanyaan saya karena orang yang akan berjalan di bumi ratusan tahun yang akan datang bukanlah Anda, melainkan generasi baru yang tidak seharusnya menanggung akibat buruk dari mimpi Anda. Saya memilih untuk menjadi sejarawan karena saya menolak untuk turut aktif dalam sistem yang eksploitatif terhadap alam dan orang-orang miskin.

*) Ini adalah terjemahan tulisan saya yang sebelumnya (pada 8 Juni 2020) telah saya publikasikan dalam bahasa Inggris melalui laman Medium.

Penulis

Christopher Reinhart adalah peneliti dan asisten peneliti bidang sejarah kuno dan sejarah kolonial wilayah Asia Tenggara dan Indonesia. Sejak tahun 2019, menjadi asisten peneliti Prof. Gregor Benton (School of History, Archaeology and Religion, Cardiff University). Sejak tahun 2020, menjadi asisten peneliti Prof. Peter Carey (Fellow Emeritus Trinity College Oxford; Adjunct Professor FIB Universitas Indonesia). Sejak April 2021, menjadi peneliti tamu di Koninklijke Bibliotheek (Perpustakaan Nasional Belanda) dalam proyek penelitian digitalisasi teks-teks sejarah periode kolonial Indonesia menggunakan kecerdasan buatan (AI).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun