Pada negara Perancis, orang-orang yang setuju dengan pemikiran de Beavoir dengan menentang psikoanalisa Freud mengenai dorongan alam bawah sadar adalah Helene Cixous, Luce Irigaray, dan Julia Kristeva. Mereka mengembangkan pemikiran de Beavoir dengan menggunakan psikoanalisa dalam menjelaskan subordinasi posisi perempuan. Mereka menelusuri subordinasi pada perempuan yang dikonstruksi melalui bahasa dan budaya.
Postfeminisme/Feminisme Gelombang Ketiga
Feminisme gelombang kedua memeroleh kritik secara universal, sehingga terjadinya pendefinisian kembali mengenai feminisme pada tahun 1980an.Â
Hal ini dipicu oleh tiga hal, yaitu pertama, konsep feminisme bersifat etnosentris dan rasis, karena hanya mewakili kelas menengah dan perempuan kulit putih; kedua, gelombang kedua belum cukup menyuarakan perbedaan seksual; dan ketiga, berkembangnya teori poststrukturalisme, postmodernisme, dan postkolonialisme yang beririsan dengan perkembangan feminisme. Ketiga hal ini menjadikan perkembangan feminisme sangat beragam.
Istilah postfeminisme memiliki definisi yang beragam. Pertama, adanya titik temu pada postmodernisme, postkolonialisme, dan poststrukturalisme dengan feminisme menjadikan istilah postfeminisme merujuk pada pengkajian yang lebih kritis.Â
Kedua, istilah ini merujuk kepada ketidakrelevanan pada tujuan feminisme 1980an, karena gelombang kedua telah mencapai semuanya. Ketiga, istilah ini sebagai deklarasi perang terhadap budaya popular dan media massa akibat propaganda yang mendiskreditkan perempuan yang telah ter-emansipasi.Â
Keempat, istilah ini digunakan sebagai peninjauan kembali atas konsep feminisme sebelumnya yang tidak lagi berfokus pada objektifikasi perempuan (mengenai tubuh) melainkan perempuan sebagai subjek (membuat keputusan).
Seiring berkembangnya teknologi, gerakan-gerakan feminisme juga telah dilancarkan di berbagai platform media. Bahkan ada media-media khusus yang menyuarakan tentang feminisme dan kesetaraan gender.Â
Hal ini berbanding lurus dengan penyusupan ideologi yang sifatnya patriarkis pada media-media tertentu, bahkan menyusup pada wacana mengenai perempuan.Â
Oleh karena itu, media yang cukup concern soal gender berupaya untuk meminimalisir dan mengawasi wacana-wacana mengenai perempuan agar dapat tercipta wacana yang ramah terhadap perempuan dan minim unsur seksisme.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI