Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Perempuan Harus Memilih (Part 2)

18 Juni 2022   22:38 Diperbarui: 18 Juni 2022   22:40 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang perempuan sedang menangis (foto: iStock)

"Maaf dokter, saya punya suami masih di kalimantan". Jawab Rena

" Oh baik bu. Begini, tadi waktu jatuh, ibu mengalami pendarahan yang begitu hebat. Beruntung keluarga ibu bisa membawa ibu ke sini tepat waktu sehingga ibu bisa selamat. Tapi sayangnya ibu keguguran. Janin ibu tidak bisa kami tolong." Dokter menjelaskan

Rena tidak bisa menjawab sepatah kata pun. Dia menangis sejadi -- jadinya. Dokter berusaha menenangkan dia. Tetapi dia tidak bisa berhenti menangis. Dia merasa sangat putus asa. Setelah kehilangan orang tua, ia kehilangan suami dan kini ia kehilangan anaknya. Ia merasa hidupnya sudah selesai. Tidak ada yang bisa diharapkan.

***

Setelah kejadian itu, Rena tidak pernah berdoa lagi. Patung Bunda Maria  di kamarnya dia masukan kembali ke dalam koper. Dia merasa doanya sia -- sia. Tuhan hanya memberi kelegaan sesaat tetapi ia mengambil kembali semua darinya, orang tua, suami dan anak. Kini tinggal dia sendiri tanpa harapan.

Lama Rena bergumul dengan pikiran, perasaan dan tubuhnya. Kepercayaan pada Tuhan mulai pudar. Ia bahkan ingin bunuh diri saat tak ada jalan keluar lagi. Ingin berdoa, tapi tak takut ada jawaban. Ingin bertahan menunggu suami, tapi tak ada kepastian. Ingin kembali ke orang tua, tapi tak ada keberanian. Dia mengacak -- acak rambutnya. Dia mengoyak bajunya sambil berteriak sekeras -- kerasnya. Lalu menangis terisak di dalam kamar.

Nela melihat semua kejadian itu. Namun dia tidak tahu mau berbuat apa. Mau membantu takut dilabrak. Tidak mau membantu takut dianggap tidak peduli. Dia hanya berdiri terpaku di balik pintu kamar sembari ikut mengeluarkan air mata.

Saat merasa tubuhnya mulai pulih, Rena akhirnya membuat keputusan yang sulit. Dia ingin pulang kembali ke rumah orang tuanya. Apa pun yang akan terjadi nanti dia sudah siap dengan segala kemungkinan. Dia siap jika orang tuanya menolak kehadirannya. Dia siap menjadi buah bibir tetangga bahkan dikucilkan orang satu kampung.

Tak ada pilihan lain. Jika hanya berharap pada Jimi, dia bisa mati kelaparan. Sudah terlalu besar pengorbanannya tuk bisa dapatkan cinta Jimi. Dia tidak bisa terus menerus  mengorbankan diri untuk sesuatu yang sia -- sia dan tak ada masa depan. Dia harus rela meninggalkan semuanya demi sesuatu yang baru.

Rena lalu memanggil Nela. Kepada adik suaminya itu dia menyampaikan segalanya termasuk keputusan untuk pulang kembali ke orang tuanya. Nela memaklumi semuanya. Dia tahu penderitaan istri kakaknya itu. Mereka  berpelukan sambil menangis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun