Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kereta Penuh, Bung

15 Februari 2020   06:51 Diperbarui: 15 Februari 2020   06:54 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/

Kereta itu melewatiku

Penuh manusia berdiri kaku

Dengan wajah yang terpaku

Bibir beragam, semua membisu

Aku pun berdesak masuk

Dalam kumpulan lelah berpeluh

Dipaksa hatiku yang penuh

Akan rindu yang merasuk

Makin deras arus masuk

Aku pun terhimpit tertusuk

Ke ujung gerbong ku terdesak

Dihimpit banyak ibu dan bapak

Untung aku bukan Ali Topan

yang kesepian di keramaian

Justru aku jadi penasaran

Akan raga-raga kami yang berdekatan

Mungkin ada Bento

Mungkin ada Tini

Mungkin ada Sugali

Mungkin ada Tince Sukarti

Berdesak di antara kami

Kereta itu berjalan perlahan

Dengan cahaya menembus malam

Membawa gerbong yang kepenuhan

Akan jiwa yang kepuyengan

Bapak di sebelahku juga begitu

Berusaha sendiri dengan menyanyi

Senandung dari masa lalu

Judulnya Tak Ingin Sendiri

Aku masih seperti yang dulu

Menunggumu sampai akhir hidupku

Begitu juga dengan diriku

Bernyanyi sampai akhir perjalananku

Malam ini tak ingin aku sendiri

Kucari damai bersama bayanganmu

Sampai aku rela terus berdiri

Pulang ke rumah, damaikan diri

Tak terasa, kereta semakin kosong

Lewati Bekasi, semakin melompong

Nafas pun semakin plong

Meski perut mulai merongrong

Akhirnya, kereta pun berhenti

Di Cikarang yang kucintai

Meski perjalanan itu melelahkan

Namun ku rela berkorban

Demi dapatkan sebuah rasa

Rasa yang penuh kehangatan

Hangat pelukan yang masih kurasa

Dari keluargaku kasih, keluargaku sayang

SUMBER. Diakses pada 14 Februari 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun