Puisi dalam Pandangan 10 Tokoh Bersejarah Indonesia
Puisi bukan sekadar rangkaian kata indah, melainkan cermin jiwa, semangat zaman, dan refleksi perjuangan. Dalam sejarah Indonesia, banyak tokoh besar yang melihat puisi sebagai bagian dari perjuangan, ekspresi budaya, maupun jalan spiritual. Berikut adalah definisi puisi menurut 10 tokoh bersejarah Indonesia:
1. Chairil Anwar (1922–1949) – Pelopor Angkatan ’45
Bagi Chairil, puisi adalah teriakan kebebasan. Ia menolak bahasa puitis yang kaku, memilih kata-kata lugas, pendek, dan tajam.
Definisi: Puisi adalah keberanian menolak kematian dan kebekuan. Ia hidup dalam kata-kata yang memberontak.
2. Sutan Takdir Alisjahbana (1908–1994) – Intelektual Modernis
STA melihat puisi sebagai sarana memodernisasi bahasa Indonesia. Dalam pandangannya, puisi bukan hanya keindahan, tetapi alat kemajuan bangsa.
Definisi: Puisi adalah pembaruan jiwa bangsa yang dituangkan dalam bahasa indah dan segar.
3. Rendra (1935–2009) – Si Burung Merak
Puisi bagi Rendra adalah suara nurani rakyat. Ia menggunakan puisi sebagai kritik sosial, menggugat ketidakadilan dengan lantang.
Definisi: Puisi adalah terompet rakyat yang tidak boleh bungkam di hadapan penguasa.
4. WS Rendra (mempertegas lewat teater)
Selain puisi di atas, Rendra juga menyatukan puisi dengan seni pertunjukan.
Definisi: Puisi adalah teater jiwa, ruang di mana kata menjelma tindakan.
5. Hamka (1908–1981) – Ulama dan Sastrawan
Bagi Buya Hamka, puisi adalah ungkapan hati yang mendekatkan manusia kepada Tuhan. Ia menulis dengan sentuhan religius dan penuh hikmah.
Definisi: Puisi adalah doa yang dipanjatkan lewat bahasa indah.
6. Sutan Sjahrir (1909–1966) – Bapak Pergerakan
Sjahrir menulis dengan puitis dalam surat-suratnya. Baginya, puisi adalah jalan intelektual untuk merawat harapan bangsa.
Definisi: Puisi adalah suara hati seorang pejuang yang merindukan kebebasan.
7. Ki Hajar Dewantara (1889–1959) – Bapak Pendidikan
Ki Hajar memandang sastra sebagai bagian dari pendidikan budi pekerti. Puisi adalah alat mendidik rasa.
Definisi: Puisi adalah pendidikan jiwa, yang menanamkan kehalusan budi dan cinta tanah air.
8. Mohammad Yamin (1903–1962) – Pujangga dan Politisi
Yamin menulis puisi perjuangan sejak muda. Ia melihat puisi sebagai semangat persatuan.
Definisi: Puisi adalah nyala api yang menyatukan jiwa-jiwa bangsa menuju merdeka.
9. Sukarno (1901–1970) – Proklamator
Sukarno bukan penyair, tetapi orasinya puitis. Ia melihat bahasa indah sebagai senjata politik.
Definisi: Puisi adalah retorika kebangsaan, yang membakar semangat untuk revolusi.
10. Pramoedya Ananta Toer (1925–2006) – Sastrawan Realis
Pramoedya lebih banyak menulis prosa, tetapi ia menekankan kejujuran dalam karya sastra.
Definisi: Puisi adalah kebenaran yang dipadatkan dalam kata, agar jiwa manusia tidak kehilangan arah.
Kesimpulan
Puisi dalam pandangan para tokoh bersejarah Indonesia bukan sekadar karya seni. Ia adalah perlawanan (Chairil, Rendra, Yamin, Sukarno), pendidikan jiwa (Ki Hajar, Hamka), modernisasi (STA), dan kesaksian sejarah (Pram, Sjahrir). Dengan demikian, puisi menjadi denyut nadi bangsa, menyatu dengan perjuangan dan cita-cita kemerdekaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI