Bagi Buya Hamka, puisi adalah ungkapan hati yang mendekatkan manusia kepada Tuhan. Ia menulis dengan sentuhan religius dan penuh hikmah.
Definisi: Puisi adalah doa yang dipanjatkan lewat bahasa indah.
6. Sutan Sjahrir (1909–1966) – Bapak Pergerakan
Sjahrir menulis dengan puitis dalam surat-suratnya. Baginya, puisi adalah jalan intelektual untuk merawat harapan bangsa.
Definisi: Puisi adalah suara hati seorang pejuang yang merindukan kebebasan.
7. Ki Hajar Dewantara (1889–1959) – Bapak Pendidikan
Ki Hajar memandang sastra sebagai bagian dari pendidikan budi pekerti. Puisi adalah alat mendidik rasa.
Definisi: Puisi adalah pendidikan jiwa, yang menanamkan kehalusan budi dan cinta tanah air.
8. Mohammad Yamin (1903–1962) – Pujangga dan Politisi
Yamin menulis puisi perjuangan sejak muda. Ia melihat puisi sebagai semangat persatuan.
Definisi: Puisi adalah nyala api yang menyatukan jiwa-jiwa bangsa menuju merdeka.
9. Sukarno (1901–1970) – Proklamator
Sukarno bukan penyair, tetapi orasinya puitis. Ia melihat bahasa indah sebagai senjata politik.
Definisi: Puisi adalah retorika kebangsaan, yang membakar semangat untuk revolusi.
10. Pramoedya Ananta Toer (1925–2006) – Sastrawan Realis
Pramoedya lebih banyak menulis prosa, tetapi ia menekankan kejujuran dalam karya sastra.
Definisi: Puisi adalah kebenaran yang dipadatkan dalam kata, agar jiwa manusia tidak kehilangan arah.