Mohon tunggu...
Ratryana Dewi
Ratryana Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Jika menulis adalah Nyawa, maka "kau" adalah Raga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Aku, Wanita(mu)

15 Juli 2019   15:23 Diperbarui: 15 Juli 2019   15:28 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu ketika aku melihat pesona merah jambumu, aku terpikat.
Bagai sup di musim beku, aku ingin melahapnya dengan segera.
Selebihnya aku ingin menyisakan sebagian supku untukmu.
Sesuap untukku, sebagian kau habiskan saja.
Aku sudah cukup hangat melihatmu.

Samudera merah jambumu telah benar-benar menenggelamkanku
Membuatku sesak bahkan mungkin sebentar lagi aku sekarat
Kau tenggelamkanku sampai dasar samudera, kemudian kau tarik aku hingga angkasa
Kau timang-timang aku layaknya aku ini anak raja
Kau lemparkan rayuan, ku rengkuh dengan senyum menawan

Aku benar-benar diracuni pesonamu
Hingga aku lupa, jika bagaimanapun racun ia tetaplah yang mematikan
Benar-benar sekarat; seluruhnya dari diriku sudah berserakan
Tulangku sudah disajikan untuk pesta semalam
Hatiku sudah tak ada sisanya; sudah dilahap belatung

Wahai priaku yang terhormat, Aku ini wanita
Tulangku tak sekuat milikmu, namun jangan sekali kali kau ragukan hatiku
Hatiku boleh saja kau luluh lantahkan
Tapi ingat, aku lebih kuat dari sekedar baja yang setiap hari kau asah itu
Biarkan aku memenangkan pertarungan ini, jikapun aku kalah setidaknya aku sebagai wanita dipandang dengan dua mata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun