Mohon tunggu...
Narothea
Narothea Mohon Tunggu... Freelancer - Kepompong berproses

Pencari makna dari setiap peristiwa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nasi Bungkus Terakhir

14 Juni 2021   05:13 Diperbarui: 14 Juni 2021   06:24 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Kakak laper Lin, kamu masih punya makanan ?" tanyanya sendu.

Aku menggeleng pelan.

"Tunggulah sebentar lagi", ujarku sambil membelai lembut pundaknya.

Kak Uci selalu sendu, sakit flu parah yang dideritanya membuat dia tidak pernah keluar rumah dan tak punya teman.
Sebenarnya aku sangat kasihan padanya.

Kami berdua menunggu kepulangan ibu dalam keadaan lapar.
Biasanya lepas maghrib ibu selalu pulang membawakan kami sedikit makanan sekedar mengganjal perut kami.

Tapi sekarang senja mulai beranjak malam.
Kenapa ibu belum pulang.
Aku mulai gelisah, berkali-kali kutengok keluar rumah, barangkali ibu atau bang Igor pulang.
Ya, Bang Igor bekerja di rumah orang, tidak setiap hari dia bisa pulang ke rumah.

Aku memandang resah pada kakakku.
Kak Uci tampak mengantuk sambil menahan lapar.
Malam mulai larut.
Tiba-tiba, gemerlap kilat  tampak di langit yang pekat.
Duh, nampaknya sebentar lagi hujan.
Benar rupanya, sejurus kemudian hujan turun dengan derasnya.
Aku meringkuk di samping kak Uci sambil menahan lapar.  Malam ini mungkin Ibu sulit mencari rejeki, hingga selarut ini belum kembali.
Aku kembali terlelap dalam mimpi.
Tampak ibu membawa sekantung makanan untuk kami, aku bahagia sekali.
Ibu meletakkan makanan itu di dekat kami.
"Makanlah, kalian pasti lapar sekali, maafkan ibu yaa," ujarnya lembut.
Aku menggapai kantong plastik berisi makanan itu.


Duerrrr...jeglerrrr.
Petir menyambar...terkaget aku terbangun dari tidur.
Celingukan aku mencari ibu dan kantong plastik tadi...Ya Allah ternyata aku hanya mimpi.
Perutku kian melilit, kulihat kak Uci terbaring lemah.

"Aku keluar sebentar ya Kak",  kataku.

"Mau kemana?" tanyanya lirih.

Aku diam saja dan melangkah ke luar rumah.
Dalam remang kulihat bungkusan berisi nasi seperti yang sering dibawa ibu di kursi teras.
Segera kuambil sambil melongok ke jalan di depan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun