"Arina, ini gawat," kata Sinta tegang, menyerahkan ponselnya.
Arina membaca sederet surel. Beberapa brand menarik kerja sama.
"Apa?!" Arina hampir menjatuhkan ponselnya.
"Mereka enggak mau bekerja sama dengan seseorang yang dianggap meremehkan perjuangan ibu-ibu," jelas Sinta.
"Tetapi ini di luar konteks! Aku enggak ada maksud nge-judge siapa pun!" Arina terduduk, kepalanya pening.
Sinta menghela napas. "Di internet, orang enggak peduli sama konteks. Mereka lihat satu video itu, lalu marah. Titik."
Arina merosot ke sofa. "Terus, aku harus gimana, nih?"
Sinta duduk di sebelahnya, ekspresinya serius. "Ada dua pilihan. Satu, kamu diam dan berharap ini mereda sendiri. Dua, kamu buat klarifikasi."
Arina berpikir keras, menimbang. "Kalau aku diam?"
"Mungkin akan reda ... mungkin juga enggak. Kalau netizen merasa kamu cuek, mereka bisa makin marah."
Arina mengecek ponselnya lagi. Terlihat jumlah followers-nya turun drastis.