Di lautan, dihempas badai. Terapung, sendirian
Aku bergerak mencari tepi pantai. Bersama seorang gadis ayu yang hampir lemah. Di sini kita bertemu, di pertemukan nasib dan badai gelombang.
Lalu...
Akupun pergi mencari takdirku sendiri. Hidup dari lau ke laut. Mencoba menjadi kuli demi melanjutkan hidup.
Setelah satubdasawarsa berlalu. Aku kembali ke tempat pertemuan kita dulu. Makassar, masih kah kau mengingatku gadis ayu...
Aku bekerja hari demi hari, menjadi kuli kapal ayahmu. Tahun berlalu, aku tak pernah mengira, kalu yang ayu dan lembut tidak melupakakku...
Hari itu, aku menerima suratmu, menceritakan perjodohan dengan seorang bangsawan dan memintaku menyelamatkanmu..
Aku tertegun, berhari-hari berpikir, untuk mendapatkan cintaku..cinta sejatiku...
Aku menetapkan langkah, untuk meminangmu. Disambut kepedihan kata ayahmu, tidaklah pantas aku bersanding dengan putrinya yang bangsawan...tiga kali kemudian, aku masih terus ke rumahmu, mwncoba meyakinkan ayahmu, ibumu. Sampai ibumu kemudian mendatangiku, menceritakan perjodohanmu sudah direncanakan lama dan meminta aku ikhlas...semuanya selesai dan aku kalah...
Aku pergi, berlayar tanpa tujuan. Mengikuti perlayaran 1 tahun menuju tanah suci mekah. Aku bertemu seorang guru bijak. Akhirnya menyelematkanku dari keterpurukan dan kesedihan. Aku mulai menyebut namamu dalam kesenduan munajatku kepada sang ilahi Rabbi. Aku pasrahkan segalanya kepada penguasa langit bumi.