Mohon tunggu...
Rapikah Sihotang
Rapikah Sihotang Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi semuanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Pendidikan Karakter

23 November 2022   19:33 Diperbarui: 23 November 2022   19:39 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai salah satu solusinya, pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mencetuskan adanya pendidikan karakter untuk diimplementasikan di sekolah, dan salah satu nilai karakter yang dimunculkan yaitu karakter religius.Dari berbagai kasus dan permasalahan pada era global sekarang, pendidikanlah yang pertamakali disoroti oleh masyarakat, khususnya pendidikan agama.Masyarakat menganggap bahwa pendidikan agama yang ada di Indonesia ini belum mampu membentuk manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia.

Sekolah sebagai suatu instansi pendidikan dianggap tidak mampu melaksanakan pendidikan agama dengan baik sehingga berdampak pada berbagai kasus tersebut di atas.Masyarakat mengaggap bahwasannya pelaksanaan pendidikan agama di sekolah belum mampu menyentuh aspek-aspek religius siswa dalam rangka membentuk siswa yang taat pada aturan agama dan berakhlak sesuai dengan aturan-aturan syariat. 

Pendahuluan Era globalisasi merupakan era yang memberikan peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi siapa saja yang mau dan mampu memanfaatkannya, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan manusia sacara menyeluruh.1 Namun tidak jarang, era globalisasi ini juga memberikan dampak negatif terhadap siapa saja yang tidak mampu membentengi dirinya dengan berbagai karakter mulia yang berakibat pada terjadinya perilaku-perilaku menyimpang seperti dekadensi moral atau akhlak di kalangan para remaja.

Segala permasalahan yang pelik menjerat hampir seluruh remaja yang ada di Negara Indonesia ini bahkan sampai ke pedesaan.Lembaga pendidikan yang nota benenya diharapkan mampu mengarahkan serta membentuk manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia, ternyata belum mampu merealisasikan harapan tersebut.Hampir seluruh sekolah yang ada di negeri ini mengalami kebingungan dalam menghadapi perilaku siswa-siswinya yang semakin hari bukan menunjukkan peningkatan akhlak yang baik, melainkan justru dekadensi morallah yang dialami oleh para siswa tersebut.Banyak sekali kasus-kasus kenakalan remaja yang terjadi sekarang ini, mulai dari perkelahian antar siswa yang berdampak pada kematian, kasus narkoba, bahkan kasus asusila.

Namun fakta yang terjadi di lapangan justru mengindikasikan bahwa banyak lembaga pendidikan yang justru menjadi tempat praktik tindakan yang sangat jauh dari nilai-nilai karakter yang sudah dirumuskan oleh pemerintah.

Masyarakat menganggap bahwa pendidikan agama yang ada di Indonesia ini belum mampu membentuk manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia.Masyarakat mengaggap bahwasannya pelaksanaan pendidikan agama di sekolah belum mampu menyentuh aspek-aspek religius siswa dalam rangka membentuk siswa yang taat pada aturan agama dan berakhlak sesuai dengan aturan-aturan syariat.


Pandangan-pandangan miring masyarakat, serta sikap yang cenderung menyalahkan pelaksanaan pendidikan agama yang ada di sekolah umum itulah yang kemudian memotivasi pemerintah dalam hal ini kemendiknas untuk merumuskan inovasi baru dalam pengembangan pendidikan di Negara ini.

Inovasi yang dilakukan oleh pemerintah tersebut dirumuskan dalam publikasi Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011), telah mengidentifikasi 18 nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional.Nilai karakter religius ini meliputi sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.Nilai karakter religius inilah yang dianggap sebagai solusi alternatif dalam mengatasi berbagai kenakalan remaja dan degradasi moral remaja.

       B. Pembahasan

 1. Konsep Dasar Teori Pendidikan Karakter Secara etimologi, bila ditelusuri dari asal katanya, kata karakter berasal bahasa Latin "kharakter", "kharassein", "kharax", yang berarti membuat tajam dan 42| Ge nder Equality: International Journal of Child and Gender Studies Nilai Pendidikan Karakter Anak di Sekolah Perspektif Kemendiknas membuat dalam.

2. Secara terminologi, karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia.Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam berindak.

3. Karakter merupakan keseluruhan disposisi kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendefinisikan seorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya tipikal dalam cara berpikir dan bertindak

4. Ada yang menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian.Pendidikan karakter menurut Zubaedi adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara kesuluruhan.

5. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat warga negara yang relegius, nasionalis, produktif, dan kreatif.

6. Menurut David Elkind dan Freddy Sweet, pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang membangun karakter.

Sumber: Abdul Majid dan Dian Andayani. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ary Donald. (2002). An Invintation to Research in Social Education, Bacerly Hills: Sage Publication. Basrowi dan Suwandi. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Rineka Cipta. Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Doni Koesoema A. (2010). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, Jakarta: Grasindo E. Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: PT Bumi Aksara. Hadari Nawawi dan Mimi Martiwi. (2002). Penelitian Terapan, Jakarta: Rieneka Cipta. Idris, S & Tabrani, Z. A. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96-113. ____________ 33 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama, (Bandung: Pustaka Bani Qurasy, 2005), hal. 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun