" Budi langsung ke makam bapak tadi Mbok, Ini menantumu Pekerti dan ini cucumu Sekar."
Budi menjelaskan seperti seorang dosen memberi bocoran kuis. Persis seperti mahasiswa yang dapat bocoran kuis, wanita tua itu kembali berbinar setelah sempat beberapa detik dilanda kebingungan.
Memang budi sudah lama tidak pulang kampung beberapa tahun belakangan, hanya mudik ke kampung pekerti istrinya, dan selama itu hanya sempat berkomunikasi melalui telfon wa yang tentu saja bukan kepunyaan simbok ; bisa jadi tanpa sebuah kebetulan yang menggiring keponakannya untuk berteman dengannya di FB dan bertukar nomor telfon kemudian, budi tidak akan bisa ngobrol dengan simboknya sama sekali.
Setelah menyelesaikan kuliahnya budi merantau ke kota dan berhasil menjadi pembesar pabrik di salah satu pabrik di kota itu, setelahnya budi menikah dengan pekerti dan memiliki anak sekar.
Simbok mengetahui semua kabar itu, tapi karena tidak melihat secara langsung simbok sedikit sangsi, barangkali usianya juga membuatnya jadi linglung.
Setelah makan malam budi mulai membongkar tasnya dan memamerkan pencapaiannya kepada simbok, pekerti menyimpan mas-massan yang sedari tadi ia pakai supaya tidak penyok dibawa tidur sementara Sekar sibuk dengan tabnya cekikikan.
" Ini saya beli buat simbok" kata Budi, sambil memberikan mukena dan sajadah baru
" Walah tole, kowe gelem bali wae simbok wes seneng" tutur simbok sambil sambil mencium kening anaknya.
Tiba-tiba listrik mati, pekerti gelagapan mencari lilin dan sekar menjerit takut. Budi memberi tahu pekerti tempat ia menyimpan lilin di tasnya dan menyuruhnya merogoh kedalam celananya untuk menemukan korek api, memang budi lebih tenang pembawaanya apabila perutnya kenyang.Â
Sedangkan Pekerti yang biasanya tenang bisa seketika linglung apabila terjadi sesuatu di luar duga sangka kepalanya. Seperti malam ini; pada akhirnya mereka di paksa tidur lebih sore, dasar badan sudah lelah semuanya saja langsung lelap di lahap kasur, hanya sekar yang terjaga.
Malam telah mencair dilarut waktu. Suara jangkrik terdengar di balik dinding kamar arah tenggara, " Krik krik krik krik krik ! " Di dalam kamar sebelah timur laut, ada sebuah kursi diletakkan menyudut menghadap ranjang, di tengahnya itu ada kaleng bekas susu kental manis yang di ujungnya menyala api kecil.Â
Ada pula sebuah almari besar dengan dua pintu dan sebuah kaca menempel pada salah satu pintunya. Kemudian satu buah ranjang yang diatasnya di pasang selambu.