Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Episode 47: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

10 Juli 2023   12:11 Diperbarui: 10 Juli 2023   12:21 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Bagaimanapun, Earth dan Lilian masih memiliki rasa kasihan pada Hannah. 'Ia dulu bersahabat denganku dan aku tak boleh membencinya seperti ia begitu membenci keluarga Vagano!' - Demikian pikir Lilian sambil menyiapkan makan dan minum sekedarnya untuk 'tahanan' mereka yang berada di ruang puncak menara mercu suar.

"Earth, maukah kau membantuku? Bawakanlah ini untuk Hannah, kita tak ingin dia sampai mati, karena cepat atau lambat aku akan membawanya ke hadapan Ocean dan Sky untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya."

Earth sebenarnya masih enggan. Emosinya yang masih labil seperti anak kecil berkata Si Tua harus diberi pelajaran, sebab sedari dahulu memeliharanya dalam kurungan dan memberinya makan makanan basi dan air mentah yang tak layak dikonsumsi.

Tapi melihat Lilian yang tak tega dan juga masih memiliki hati dan cinta seperti yang ia baru saja pelajari, walau berat, Earth mengambil juga hidangan ala kadarnya itu dan membawakannya ke atas. Tentunya ia memakai lagi topengnya agar Hannah tak tahu ia siapa.

Wanita tua yang terikat itu tampak mulai goyah, namun masih tetap bertahan dalam kekerasan hatinya. Saat Earth melepaskan bebat mulutnya, sebuah gigi patah bercampur ludah dan darah segar ia semburkan, mengenai wajah bertopeng yang diyakininya sebagai salah satu kembar Vagano.

"Mau apa kau? Cih, aku tak sudi menerima makanan atau minuman dari tangan keturunan laki-laki yang telah mencampakkanku dan keturunannya bersama perebut kekasih orang!"

Walau tangan dan kakinya masih dalam keadaan terikat erat, namun mata tuanya masih bernyala-nyala dan ia terus memaki-maki pemuda di hadapannya dengan segala sebutan paling kasar.

"Kalian semua terkutuk! Tak ada yang bisa lolos dari Kutukan Angka Tiga! Kalian ditakdirkan untuk hancur dan hilang untuk selamanya!"

Earth tak menjawab. Ia sedang bersusah payah menahan diri untuk tak menampar Si Tua yang dulu kerap menghajarnya habis-habisan ini. Si Tua yang tanpa sebab mencekokinya dengan dendam.

Tenang, tenang, dan belajar untuk mencintai dan berbelas kasihan walau kepada orang yang tak pernah mengasihimu, yang mungkin bahkan tak punya belas kasihan.

Ia sendokkan beberapa suap makanan dan minuman ke dalam mulut Si Tua, yang pertama-tama saking lapar dan hausnya diterimanya juga dengan kerakusan yang amat sangat.

Namun di sela-sela pemberian asupan itu, tiba-tiba Hannah menyemburkan lagi hasil kunyahannya.

"Aku tak sudi makan dan minum dari tanganmu yang kubenci sejak lahir, Putra Vagano! Sana, ambillah pedang terkutuk itu di bawah jerami dalam istal kuda! Bunuhlah semua anggota keluargamu termasuk ayahmu yang masih hidup juga di bawah tanah bersama-sama dengan putra ketiganya yang terkutuk! Mungkin dengan begitu aku bisa tenang karena kalian semua akan mati !!! Akhirnya kalian semua mati sebelum berusia 23 tahun!"

Earth mendadak jadi begitu marah. Dilemparkannya sisa-sisa makanan itu ke atas kepala Hannah dan dibebatnya lagi erat-erat mulut cerewet Si Tua yang sudah terlalu banyak melukainya luar dalam. Lalu ditinjunya lagi Si Tua sekerasnya agar untuk sementara 'terdiam' lagi.

"Aku takkan membunuhmu, namun juga takkan pernah memaafkanmu." Earth segera turun, tak pernah mau lagi melihat ke belakang.

'Tapi soal pedang yang Si Tua sebut-sebut itu.. apakah itu betul-betul ada? Haruskah aku ke sana dan mencoba mengambilnya?'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun