Beredar kabar beberapa novel online Indonesia yang best seller atau banyak dibaca di sebuah platform menulis akan dijadikan film, webnovel atau sinetron.
Sebetulnya hal itu sah-sah saja dan tidak mustahil dilakukan. Dan tentu saja sebuah pencapaian yang bolehlah diberikan selamat dan ucapan semoga sukses selalu. Kita yang belum terpilih hendaknya tidak iri hati atau menyalahkan diri. Mari belajar dan tetap tuliskan yang terbaik dari hati.
Akan tetapi, jika kita renungkan lebih jauh, kita tidak dapat semata-mata menyimpulkan bahwa menulis harus sesuai dengan selera pasar, baru akan dianggap hebat atau sukses. Mengapa?
1. Tidak semua penulis diberi bakat dan minat untuk menuliskan genre yang umum diminati.
Tuliskan apa saja yang kita bisa dan sukai tanpa tergantung selera pasar atau ikut-ikutan belaka.
2. Menulis bukan semata-mata demi uang dan untuk uang saja. Sangat banyak bidang pekerjaan lain dan pekerja yang melakukan bukan untuk hasil terbaik melainkan demi profit dan keuntungan. Jangan sampai kegiatan menulis kita baik sampingan maupun utama, terbawa arus sedemikian hingga menjadi semata-mata sebuah bisnis. Apa bedanya dengan jualan kata-kata dan kertas (buku cetak) atau film (mimpi) yang begitu terlihat 'mau jualan'saja? Dipoles rapi, hebat, dan mungkin panas demi viral, mendapatkan klik sebanyak-banyaknya? Tulisan apapun, fiksi atau non fiksi, berdampak besar bagi hidup pembaca. Memotivasi, mengubah pemikiran dan jalan hidup. Tidak mudah terlupakan, takkan dibaca lalu berlalu begitu saja. Jadi jangan anggap remeh dan sepelekan.
3. Tetaplah menulis dengan hati tanpa target-target tertentu yang bisa jadi mengecewakan jika tidak tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H