Udara pagi di rumah sakit terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari menyelinap malu-malu lewat sela tirai jendela kamar Nayla. Suasana hati Nayla juga mulai terasa berbeda---sejak ingatan kecil tentang Raka muncul beberapa hari lalu, ia merasa dadanya lebih ringan, seolah sebagian dari dirinya mulai pulih bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional.
Ia menulis sesuatu di buku catatan kecilnya. Tangannya masih sedikit gemetar, tapi semangatnya kembali muncul. Di atas halaman itu tertulis:
"Aku mungkin lupa banyak hal, tapi entah kenapa... rasanya tidak asing saat kamu ada di dekatku."
Pintu kamar terbuka perlahan. Raka muncul, membawa sebuah kotak kecil berwarna cokelat muda.
"Ada hadiah kecil buat kamu," katanya sambil tersenyum.
Nayla menaikkan alis. "Hadiah apa pagi-pagi gini?"
"Hadiah... buat memulai hari baru," jawab Raka, lalu menyerahkan kotak itu ke tangan Nayla.
Dengan perlahan, Nayla membuka kotaknya. Di dalamnya, ada gantungan kunci berbentuk pita merah---identik dengan yang dulu ia pakai waktu kecil, saat menolong anak laki-laki jatuh di depan apotek. Tangannya bergetar.
"Pita ini... aku inget. Ini... aku pernah pakai ini," bisiknya lirih.
Raka mengangguk. "Kamu yang menyelamatkan aku waktu kecil. Momen itu, aku simpan terus di hati. Aku gak tahu kenapa, tapi sejak ketemu kamu lagi, semuanya mulai masuk akal."