Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pada Sebuah Pagi

1 Agustus 2013   15:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:44 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13753695301775338019

Sesosok tubuh gadis berseragam SMA santai keluar dari dalam kamar. Rambutnya yang basah berhenti disisirnya. Putri Karsinah ini tak pernah serupa ibunya. Padahal sewaktu kecil banyak yang meyakinkan bahwa Karsinah menurunkan senyumnya pada Asti. Pada foto-foto saat tubuh mungilnya dipangku, senyum itu memang tampak serupa. Dua belas tahun sejak terakhir kali Karsinah memangku Asti seperti dalam foto di dinding rumah, senyum milik Asti tak pernah lagi benar-benar terlihat. Seolah meniru sosoknya yang sering bersembunyi di kamar atau terlihat sekejap mencium punggung tangan Karsinah meminta ijin untuk pergi sekolah atau menemui teman-temannya. Prilakunya kini justru lebih banyak terilhami dari sikap bapaknya.

“Makan dulu, Ti!” tawar Karsinah.

Asti memang duduk di kursi makan. Tapi hanya sebagai penopang tubuhnya saja agar kakinya teraih oleh kedua tangannya untuk disusupi kaus kaki. Piring kosong yang disodorkan Karsinah dipunggungi. “Asti pulangnya telat hari ini.”

“Ada acara apa?”

“Olan ulang tahun.”

“Jangan sampe sore, Ti!”

“Kau pacaran sama si Olan?” gemuruh curiga terlontar dari bibir Sukardi. Memang tak ada sekat antara ruang tamu dan bertempatnya meja makan ini. Seperti juga tak ada jeda perbincangan di antaranya. Bercampur saja. Terutama itu berlaku bagi Sukardi.

“Apa sih Bapak!”

“Awas kau! Sekolah saja belum becus sudah berani pacaran!”

“Asti nggak pacaran! Lagian mana ada sih yang mau pacaran sama Asti. Bapak galak begitu.”

“Astiii ….” Karsinah mengingatkan. Mungkin ucapan Asti yang terakhir itu tak terdengar di kuping Sukardi. Dia tak acuh saja. Kepul-kepul asap itu santai keluar dari sela bibirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun