Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

#N y a l o n

16 Maret 2014   15:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ini berita penting. Euh, boleh ngobrol di dalem nggak?”

“Mau ngapain? Kalo udah di dalem, situ mesti bayar!”

“Aduh, Si Tante meni sadis amat. Ini soal bisnis lho. Kikikikik!” Aristine manyun. Susanto manyun juga dengan cara yang berbeda. Keduanya seperti sepaham.

Tidak ada yang menyilakan sebenarnya. Tapi tubuh Susanto ikut juga masuk ke dalam salon memunggungi tubuh Ariestine yang sepagi tadi hanya berkaus pink ketat. Bentuk tubuhnya itu tergambar sekali. Plus lipatan lemak yang tersembul kecil akibat cengkraman tali beha di bagian punggungnya. Susanto tentu tak berpikiran macam-macam. Dia sudah mahfum.

“Jangan nitip minyak oles perkasa lagi. Kagak laku di sini!” ketus Aristine dibarengi kelincahan tangannya melipat handuk kecil untuk dirapikan.

“Oooh, bukan itu. Ini lain. Ini bisnis tingkat tinggi.”

“Bisnis dari situ levelnya cuma segitu –gitu aja.”

Denger dulu atuh, Ceu.” Susanto memang tampak serius. Wajahnya, entah bagaimana menggambarkan ekspresinya, tapi keseriusan di rautnya itu sejalan dengan map plastik hijau dan tubuhnya yang selalu mencoba mengambil arah berhadapan dengan Ariestine. “Eceu kenal sama Fera Nuraida?”

“Siapa? Penyanyi dangdut itu?”

“Iya!”

“Yang goyang buntut macan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun