Di tengah gempuran tren kuliner yang terus berputar, sebuah kedai es krim di Yogyakarta berhasil mencuri perhatian, khususnya di kalangan Generasi Z. Mengusung nama unik "17's Ice Cream," tempat ini bukan hanya menawarkan kelezatan yang menyegarkan, tetapi juga sebuah experience unik yang relatable bagi generasi Z dan tentunya instagramable. Ini adalah kisah inspiratif tentang bagaimana ide kreatif, keberanian, dan adaptasi berhasil mengubah mimpi menjadi kenyataan bisnis.
Mungkin kalian bertanya-tanya, angka 17 itu merujuk pada apa? Usut punya usut, nama ini terinspirasi dari Remaja 17 tahun yang mempunyai semangat dan rasa ingin mencoba hal baru yang tinggi. Namun, di balik kesederhanaan namanya, tersembunyi sebuah konsep bisnis yang diracik dengan matang oleh dua anak muda kreatif: Kak Zaky dan Kak Angga. Kak Zaky adalah seorang Mahasiswa Magister Manajemen UGM dengan berbagai pengalaman di dunia Event Organizer dan Food and Beverage (F&B), memberikan fondasi yang kuat dalam operasional dan event management. Sementara itu, Kak Angga, alumni UGM, mempunyai keahlian dan ketertarikan mendalam di bidang perkopian, yang kemudian turut memperkaya ide-ide kreatif di balik pengembangan menu.
Usaha ini dimulai dari hobi dan tugas kuliah yang berujung pada ketertarikan mendalam pada industri F&B. Kak Zaky dan Kak Angga memberanikan diri untuk membuka kedai es krim ini sekitar akhir tahun 2023.
Pertimbangan matang meliputi target konsumen yang mayoritas adalah mahasiswa dan anak muda, pemilihan lokasi yang strategis di sekitar kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), hingga perhitungan budget yang efisien. Siapa sangka, modal awal untuk membangun kedai ini bahkan tak lebih mahal dari sebuah iPhone 15 keluaran terbaru. Ini adalah bukti nyata bahwa ide kreatif dan eksekusi yang jitu bisa mengalahkan keterbatasan modal, mengubah pandangan umum bahwa memulai bisnis kuliner selalu membutuhkan investasi besar.
Tim kami berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Kak Zaky, salah satu founder 17's Ice Cream. Dengan ramah, ia menceritakan awal mula perjalanan bisnis mereka yang penuh tantangan. "Kami memulai ini dengan modal kecil, memanfaatkan sebuah warung sembako sewaan," kenangnya. Lokasi awal yang sederhana ini menjadi saksi bisu perjuangan mereka di awal. Perjuangan di awal-awal usaha tidaklah ringan. Anggaran untuk promosi melalui Key Opinion Leader (KOL) atau iklan media sosial pun masih terasa cukup berat. Ini adalah kemunduran umum yang dihadapi banyak startup di industri F&B. Namun, keterbatasan tidak menghalangi kreativitas. Mereka berfokus pada kualitas produk dan pengalaman pelanggan sebagai daya tarik utama. Salah satu kunci keberhasilan 17's Ice Cream adalah rantai pasokan bahan baku yang langsung dari tangan pertama dan sebagian besar produk homemade (meskipun sebagian produksi masih menggandeng pihak manufaktur untuk efisiensi dan konsistensi). Strategi ini memungkinkan mereka untuk menawarkan menu dessert dan es krim berkualitas tinggi, dengan cita rasa yang mirip dengan ice cream mahal yang terkenal di Yogyakarta, namun dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Ini adalah diferensiasi yang kuat di pasar yang kompetitif.
Dari sisi operasional, awalnya hanya dengan empat orang staf yang bekerja keras, kini tim 17's Ice Cream telah berkembang menjadi delapan orang, menandakan pertumbuhan bisnis yang signifikan. Peningkatan jumlah staf ini memungkinkan mereka untuk melayani lebih banyak pelanggan dan menjaga kualitas layanan seiring dengan meningkatnya popularitas.
Konsep kedai ini sendiri banyak terinspirasi dari sebuah kedai kopi di Bandung yang sering menjadi tempat nongkrong Kak Zaky saat masa kuliah. Awalnya, ide untuk membuka kedai kopi sempat terlintas, namun Kak Zaky yang memiliki masalah asam lambung khawatir akan kesulitan dalam menjaga kualitas produk secara konsisten. Akhirnya, pilihan jatuh pada es krim dan dessert, yang dianggap memiliki pangsa pasar yang lebih luas dan dengan quality control yang masih bisa terjamin. Keputusan strategis ini menunjukkan kemampuan mereka dalam beradaptasi dan memilih jenis usaha yang paling sesuai dengan kapabilitas dan kondisi personal.
Branding Ala Gen Z yang Bikin Penasaran adalah salah satu faktor pembeda 17's Ice Cream. Strategi branding media sosial mereka yang unik dan out of the box patut diacungi jempol. Tim media sosial mereka berhasil menciptakan konten-konten yang relatable dan menghibur, terutama di platform TikTok. Berawal dari kebosanan founder melihat konten komersial yang monoton, mereka memutuskan untuk bereksperimen dengan gaya yang lebih personal dan otentik. Konsep script writer yang "ngalir aja" dengan sentuhan "a day in my life" yang unik, serta gimmick-gimmick menarik, terbukti berhasil menarik perhatian banyak pengguna TikTok. Bahkan, tak sedikit followers dari luar Yogyakarta yang penasaran dan ingin datang langsung untuk mencoba es krim viral ini. Kreativitas tim media sosial 17's Ice Cream menjadi bukti nyata bahwa pendekatan yang berbeda dan berfokus pada personal branding bisa sangat efektif dalam membangun engagement dan menjangkau audiens yang lebih luas, mengubah TikTok dari sekadar platform hiburan menjadi alat pemasaran yang powerful.
Setelah mendengar kisah inspiratif, mencicipi kelezatan produk, dan melihat langsung suasana unik yang ditawarkan, kapan giliran Anda merasakan sendiri sensasi "chill vibes" di 17's Ice Cream? Lebih dari sekadar kedai es krim, tempat ini adalah ruang interaksi, tempat berbagi cerita, dan tentunya, tempat menikmati dessert lezat dengan konsep yang fresh dan relatable bagi Generasi Z. Jadi, tunggu apa lagi? Segera ajak teman-temanmu dan ciptakan pengalaman seru nan gokil di 17's Ice Cream!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI