Alhamdulillah. Nggak kerasa sudah tiba di hari ke-20 Ramadan. Hanya sepertiganya lagi, Ramadan akan meninggalkan kita. Biasanya di 10 hari terakhir, fokus kegiatan sudah bergeser. Dari bukber ke masak di rumah, hingga lailatul qadar ke midnight sale.
Ada pula yang sudah siap-siap untuk mudik ke kampung halaman tercinta. Cung ah, siapa yang mudik lebaran tahun ini?
Saya sendiri nggak memutuskan mudik ke Mandailing Natal, Sumatera Utara, pada lebaran tahun ini. Dikarenakan harga tiket pesawat Jakarta-Padang yang di luar jangkauan anggaran saya. Haha.
Jadi cukuplah, mudiknya ke Sukabumi saja. Sebuah kota mungil yang masih satu provinsi dengan Bandung, kota domisili saya saat ini.
Meski dari perhitungan google maps, jarak antara Bandung-Sukabumi termasuk jarak dekat yakni sekitar 103 kilometer, yang masih memungkinkan untuk ditempuh dengan kendaraan pribadi, saya memilih menggunakan kereta api saja.
Dan inilah cerita mudik saya!
Alasan mudik menggunakan kereta api
Ada banyak alasan kenapa saya lebih suka menggunakan kereta api ketika mudik lebaran.Â
Jelas yang pertama adalah kepastian akan waktu. Saya sukanya yang pasti-pasti saja. Cukup soal asmara saja yang digonjang-ganjing dengan ketidakpastian.Â
Nah, dengan naik kereta api, waktu tempuh perjalanan sudah bisa diperkirakan. Kalaupun terjadi keterlambatan, ya paling sekitar 1-2 menit.
Alasan kedua karena biayanya yang murah.
Di tengah ketidakpastian ekonomi, yang konon carut-marut, harga-harga serba mahal, naik kereta api jadi bisa pilihan yang tidak membuat kantong bengkak. Lebih ekonomis dari biaya bensin pokoknya.