Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"13 Minutes" dan Pentingnya Manajemen Risiko Bencana

18 Oktober 2022   12:43 Diperbarui: 21 Oktober 2022   13:31 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film "13 Minutes". (sumber: IMDb via kompas.com) 

Saya agak heran, ketika angin puting beliung mulai menghantam kota, orangtua Luke nggak mau memenuhi ajakan anaknya untuk berlindung di rubanah. Sang ibu malah dengan pede-nya berada di lantai atas rumah seakan menantang angin tersebut.

Film memang memberikan alasan kenapa orangtua Luke berlaku demikian. Sesaat sebelum angin menghantam, Luke membuat pengakuan kalau ia seorang gay. Pengakuan ini membuat kedua orangtuanya kecewa.

Tapi apakah hanya karena hal ini, lantas mereka lebih memilih dihantam angin puting beliung daripada berlindung bersama anaknya di rubanah? Terlebih setelah bencana selesai pun, tidak ada rekonsiliasi hubungan di antara mereka.

Korban semua selamat, hehe./tulsaworld.com
Korban semua selamat, hehe./tulsaworld.com

Persoalan lain dari buruknya manejemen risiko di film ini adalah persoalan tempat berlindung.

Luke dan kawan-kawannya yang berlindung di rubanah boleh jadi selamat. Karena posisi rubanah yang berada di bawah tanah memang tidak terkena sapuan angin puting beliung.

Tapi kisah selamat lain yang terasa lebih konyol datang dari karakter kekasih Carlos, seorang pegawai hotel. Saat terjadi bencana, ia mengumpulkan semua tamu dan pegawai hotel ke dalam satu ruangan. Dan setelah bencana selesai, dengan gampangnya mereka keluar dari ruangan tersebut di antara puing-puing bangunan yang runtuh dan meluluhlantakkan seluruh kota.

Bagaimana bisa ruangan tersebut tidak rusak sedikit pun? Toh, dari yang digambarkan film, kita bisa tahu kalau ruangan tersebut bukanlah semacam kapsul tahan gempa. Bahkan di salah satu adegan diperlihatkan untuk mengunci ruangan tersebut saja hanya menggunakan semacam tali rafia.

Dari sisi pemerintah atau lembaga yang berwenang pun nggak kalah lucunya. Dari dialog, penonton bisa tahu kalau bencana angin puting beliung ini bukan kali pertama terjadi. Bahkan pernah terjadi di tahun 1960-an dengan intensitas yang sama besarnya.

Lantas manajemen risiko apa yang sudah dilakukan untuk mencegah kerugian yang lebih besar di bencana yang akan terjadi selanjutnya?

Lewat karakter Payton, setidaknya kita bisa tahu kalau lembaga yang berwenang pernah melakukan edukasi. Film memperlihatkan bagaimana si anak ini mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi bencana angin puting beliung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun