Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"13 Minutes" dan Pentingnya Manajemen Risiko Bencana

18 Oktober 2022   12:43 Diperbarui: 21 Oktober 2022   13:31 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film "13 Minutes". (sumber: IMDb via kompas.com) 

Tapi permasalahannya, karena si anak ini tuli ia nggak bisa mendengar suara angin puting beliung. Bahkan dengan santainya ia malah keluar rumah melihat angin yang berputar-putar yang siap menghantam dirinya dalam beberapa detik kemudian.

Artinya, film nggak secara menyeluruh memberikan edukasi mitigasi bencana kepada seluruh penduduk kota.

Hanya adegan ini yang benar dalam penerapan manajemen risiko/instagram.com/@13minutesmovie
Hanya adegan ini yang benar dalam penerapan manajemen risiko/instagram.com/@13minutesmovie
Persoalan lain yang luput adalah tentang risk assessment. Secara sederhana risk asssement bisa diartikan sebagai sebuah metode untuk menilai risiko. Dengan risk assesment yang baik, tujuan dari Disaster Risk Management untuk mengurangi dampak kerugian bisa dimaksimalkan.

Dalam hal ini, 13 Minutes luput menjelaskan seberapa luas wilayah kotanya dan bagaimana peta kota tersebut. Serta bagian mana yang akan menjadi tempat recovery pemulihan bagi para korban. Penonton nggak pernah diberi tahu seberapa jarak dari lokasi satu ke lokasi yang lain. Seketika ketika bencana selesai, terasa semua lokasi berdekatan. 

Secara mendadak, tiba-tiba saja sudah ada tenda pengungsian yang berdiri. Dan seketika penduduk kota berdatangan, bukan lagi tentang empat keluarga itu.

Nggak hanya di sini saja, persoalan lain muncul dari kesiapan tas siaga bencana.

Saya masih heran kenapa penduduk tidak menyiapkan tas siaga bencana sebelum berlindung. Padahal masih ada waktu yang cukup untuk mempersiapkannya sekalipun tas tersebut belum dipersiapkan sebelumnya.

Tas siaga bencana sendiri sangat membantu mempercepat pemulihan setelah bencana. Sesederhana dengan adanya P3K (peralatan medis) di tas siaga bencana, penduduk bisa mengobati sendiri jika terdapat luka kecil. Bakal meringankan kinerja di pengungsian bukan?

Bencana angin puting beliung di film ini sebetulnya sudah bisa diprediksikan, tapi kenapa semua pihak seakan-akan pasrah dan nggak ada usaha untuk menimimalkan kerugian yang timbul. Apa sebetulnya yang hendak disampaikan oleh 13 Minutes?

Apalagi di akhir film, ada penjelasan kalau film yang naskahnya ditulis oleh sang sutradara bersama Travis Farncombe ini dipersembahkan untuk mereka yang mengalami cuaca ekstrem.

Bagaimana bisa 13 Minutes disebut sebagai persembahan terhadap korban bencana jika cerita filmnya pun sangat minim riset akan manajemen risiko bencana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun