Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Menolak Percaya, Tuan

16 Februari 2024   19:57 Diperbarui: 30 Maret 2024   20:45 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, aku tidak mau mengeluarkan isi hatiku itu. Sebab, aku sedang berada di lingkungan dimana pacaran dan pergaulan bebas dianggap biasa.  Jika aku menyampaikan sesuatu. Mereka akan kira aku sok suci dan ingin memberikan ceramah. Pada akhirnya aku pun hanya diam, sambil mengeluarkan senyum kecutku.

"Tapi, Hanif itu kan kelihatan alim. Sayang banget, kalau dia pacaran" kata Asma. 

"Alim di matamu, belum tentu alim di mata Tuhan" ucapku datar. 

"Kalau kamu Zahra , percaya Hanif pacaran?" Seru Putri kepadaku. 

Plukkk... seketika aku gundah. Aku gengsi mengatakan kalau aku tidak percaya, sebab, Aku dan Hanif adalah musuh bebuyutan. Tapi, betul! Aku memang tidak percaya  dengan gosip itu. 

Aku diam sejenak. Lalu, kutarik napas dalam.  


"Aku memang gak terlalu suka dengan Hanif. Tapi, setahuku dia orang baik. Bahkan kepada musuhnya sekali pun. Soal pacaran atau tidak. Aku gak  mau menduga-duga. Aku hanya tahu, dia orang yang taat. Aku pun yakin orang yang kau lihat diboncengnya itu bukan pacarnya!" Kataku. 

"Terus kalau bukan pacarnya,  siapanya?" 

"Gak tahu, tapi aku pernah dibonceng seorang laki-laki sampai rumah. Orang-orang mengira dia pacarku.  Padahal, aku hanya diantarnya ke rumah karena kondisi darurat. Saat itu, aku tidak punya kendaraan. Hari sudah malam, angkot sudah tidak ada lagi. Dengan terpaksa, aku minta tolong diantar oleh laki-laki itu. Bukan berarti,  aku dan laki-laki itu pacaran kan? Ini hanya karena keadaan darurat. Insya Allah, Allah paham.  Mungkin demikian yang terjadi pada Hanif. Itu hanya karena kondisi. " kataku.*

Aku sekarang sedang di kamar. Membuka halaman blogku, tempatku menulis. Malam ini, aku mau menceritakan apa yang kudengar padamu tuan. 

Mereka telah menyebarkan gosip, hingga sampai ke telingaku. Meski, dia pernah menjadi musuh bebuyutanku. Tapi, dia adalah temanmu kan tuan? Mana mungkin, aku akan diam saja kalau ada orang yang menggosipi semua orang yang berhubungan denganmu. Apalagi temanmu itu, sudah beradu kepala denganku. Aku bisa melihat, temanmu itu orang yang cerdas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun