Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Menolak Percaya, Tuan

16 Februari 2024   19:57 Diperbarui: 30 Maret 2024   20:45 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pearlsessence.wordpress.com/

"Aku pernah lihat Hanif, boncengan dengan cewek " ujar seorang perempuan cantik. 

Aku menolak untuk percaya. Benar! Aku memang tidak menyukai Hanif. Tapi, aku juga kenal dengan Hanif. Dia memang rawan gosip. Maklum, dia terlihat soleh, ganteng, dan baik hati. Ya, walau di mataku, Hanif akan selalu jadi musuh bebuyutanku. 

Tapi, bukan berarti kan.  Aku bebas untuk menjelekkkan dia? Apalagi hanya karena berita yang beredar tentangnya. Apalagi hatiku sendiri, tidak bisa berbohong. Kalau Hanif adalah orang baik.  Sebetulnya aku dan Hanif satu frekuensi. Hanya saja, kami sama-sama punya kepala batu. Sehingga, kami tidak bisa menyatu. Belakangan ini, Aku dan Hanif memang terlihat akur. 

"Palingan itu pacarnya. " Sambung temannya perempuan itu. 

Aku menghela napas dengan dalam. Aku menolak percaya, kalau Hanif pacaran. Karena dia tahu hukumnya dalam agama kami. Apalagi, dia adalah seorang ustadz. Ia tidak mungkin meludahi kata-katanya sendiri. 


"Kayaknya sih enggak! Mungkin itu saudari Hanif" kataku. Suaraku kedengaran amat gugup. Untuk pertama kalinya, aku membela Hanif. Itu pun tanpa sepengetahuannya. 

"Hanif kan gak punya adik perempuan " ucap perempuan itu.  Perempuan iyu, namanya Asma dan temannya Putri. 

"Mungkin itu sepupunya " kataku.

"Udahlah! Hanif itu pacaran! Gampang kan! Lagian apa salahnya sih kalau dia pacaran.  Semua orang juga pacaran kan?" Kata putri. 

Aku bergumam dalam batinku." Aku tidak pernah pacaran! Gak semua orang mau pacaran! Apalagi kalau sudah belajar ilmu agama! Terlebih lagi agamanya isalm! Pacaran salah lah! jelas -jelas itu dosa. " aku ribut sendiri di kepalaku.  

Tapi, aku tidak mau mengeluarkan isi hatiku itu. Sebab, aku sedang berada di lingkungan dimana pacaran dan pergaulan bebas dianggap biasa.  Jika aku menyampaikan sesuatu. Mereka akan kira aku sok suci dan ingin memberikan ceramah. Pada akhirnya aku pun hanya diam, sambil mengeluarkan senyum kecutku.

"Tapi, Hanif itu kan kelihatan alim. Sayang banget, kalau dia pacaran" kata Asma. 

"Alim di matamu, belum tentu alim di mata Tuhan" ucapku datar. 

"Kalau kamu Zahra , percaya Hanif pacaran?" Seru Putri kepadaku. 

Plukkk... seketika aku gundah. Aku gengsi mengatakan kalau aku tidak percaya, sebab, Aku dan Hanif adalah musuh bebuyutan. Tapi, betul! Aku memang tidak percaya  dengan gosip itu. 

Aku diam sejenak. Lalu, kutarik napas dalam.  

"Aku memang gak terlalu suka dengan Hanif. Tapi, setahuku dia orang baik. Bahkan kepada musuhnya sekali pun. Soal pacaran atau tidak. Aku gak  mau menduga-duga. Aku hanya tahu, dia orang yang taat. Aku pun yakin orang yang kau lihat diboncengnya itu bukan pacarnya!" Kataku. 

"Terus kalau bukan pacarnya,  siapanya?" 

"Gak tahu, tapi aku pernah dibonceng seorang laki-laki sampai rumah. Orang-orang mengira dia pacarku.  Padahal, aku hanya diantarnya ke rumah karena kondisi darurat. Saat itu, aku tidak punya kendaraan. Hari sudah malam, angkot sudah tidak ada lagi. Dengan terpaksa, aku minta tolong diantar oleh laki-laki itu. Bukan berarti,  aku dan laki-laki itu pacaran kan? Ini hanya karena keadaan darurat. Insya Allah, Allah paham.  Mungkin demikian yang terjadi pada Hanif. Itu hanya karena kondisi. " kataku.*

Aku sekarang sedang di kamar. Membuka halaman blogku, tempatku menulis. Malam ini, aku mau menceritakan apa yang kudengar padamu tuan. 

Mereka telah menyebarkan gosip, hingga sampai ke telingaku. Meski, dia pernah menjadi musuh bebuyutanku. Tapi, dia adalah temanmu kan tuan? Mana mungkin, aku akan diam saja kalau ada orang yang menggosipi semua orang yang berhubungan denganmu. Apalagi temanmu itu, sudah beradu kepala denganku. Aku bisa melihat, temanmu itu orang yang cerdas. 

Aku menolak percaya! Karena aku yakin padamu tuan. Sebab, dia teman dekatmu. Bukankah  kata Rasulullah: agama seseorang, dilihat dari agama temannya tuan? Kulihat agamamu yang baik terlihat padanya. Sebab, itu aku kagum kepadamu tuan. 

Tuan,

Aku menjadi gundah, sebab jika berita itu betul. Aku pun harus siap. Suatu saat nanti. Aku juga harus mendengar, bahwa kau punya pacar! Dan itu yang paling membuatku hancur. Sebab, pacaran adalah hal yang paling kubenci. Dosa yang paling aku takuti.

Jika nanti, aku harus tahu. Bahwa kau tuan, ternyata punya seorang perempuan yang kau perlakukan seperti ratu. Padahal, kalian belum halal. Aku, dengan sengaja mundur dan melaju kencang untuk menjauh. Sebab, mungkin bukan kamu yang ku mau.  

Aku masih tersegel tuan! Aku tidak pernah bermudah-mudahan dalam bergaul dengan lawan jenisku. Bahkan dalam hal yang penting pun, kubatasi berinteraksi dengan mereka. Sebab, aku tidak mau terjerat nikmatnya nafsu. Pacaran hanya mudhorat yang membuat sesat.

Kau tak mungkin seperti itu kan tuan? Temanmu juga tidak begitu! Aku yakin padamu tuan. Aku yakin Hanif, pasti punya alasan tersendiri.  Aku juga pernah di posisinya. Sebab, apa yang dilihat oleh mata, belum tentu yang sebenarnya kan tuan?  *

"Hanif yang kenak gosipi. Kok kamu marah-marah ke Aku" ucap Alisya. 

Barangkali, aku tidak sadar. Kalau aku sudah terlalu emosi. Aku bercerita pada Alisya  dengan emosi yang meluap-luap dan meledak-ledak. 

Kalau boleh jujur, aku hanya takut. Gosip tentang Hanif itu benar. Jika benar! Maka aku akan sangat kecewa.  Mengingat, kau tuan adalah teman dekatnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun