Mohon tunggu...
Rahmat Asmayadi
Rahmat Asmayadi Mohon Tunggu... Guru - Pendaki ⛰

Pengajar💡 yang suka ngeblog✏, jejaring sosial, bola⚽, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi📲~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Semua Rasa Sudah "Biasa"

28 September 2019   21:41 Diperbarui: 28 September 2019   21:47 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingat saat dahulu kamu dengan malu-malu  bilang cinta? Aku seperti benar-benar hidup didunia. Bagaimana tidak? Sebelum itu, aku hanya bisa mengintip wajahmu dari kejauhan namun tiba-tiba kamu sudah sedekat pelukan. Ingat saat dahulu setiap waktu kamu menatapku? Saat itu, hidupku hanya berisikan bunga-bunga merah jambu.

Bahwa jatuh hati padamu adalah jatuh yang paling indah, tidak semenyakitkan jatuh dari sepeda. Hingga, setiap hari aku begitu ingin jatuh berkali-kali

Ingat saat dahulu ketika kamu bilang senyumku selalu berhasil mendebarkan jantungmu? Aku jadi ingin terus tersenyum. Agar debaran itu hanya untukku. Agar hanya aku yang memiliki rasamu. Ingat saat dahulu kamu mengirimku pesan setiap saat? Selalu ada ucapan yang menyejukkan di pagi hari, dan ucapan yang menghangatkan di malamnya.

Ingat saat dahulu kamu menelponku setiap malam? Menanyakan bagaimana kabarku, dan begitupun sebaliknya. Mengenai apa saja rutinitas yang aku lakukan dari pagi hingga sore, menyuruhku agar tak telat makan, berkata kangen selalu. 

Ah, rasanya aku lelaki paling bahagia di dunia. Bagiku, dahulu indah. Membuatku lupa, bahwa ketika 'dulu' sudah berlalu. Semua tak akan sama lagi. Karena aku baru ingat bahwa 'saat ini' pasti datang juga.

Saat dimana, jangankan menatap, tersenyum pun tak sempat. Saat dimana mengabari saja susah, apalagi untuk bercakap diujung telepon berjam-jam. 

Tak ada lagi aku yang ingin tersenyum setiap saat agar debaran jantungmu ribut berebut tempat. Saat itu juga hilang entah kemana. Waktu, haruskah seperti itu? Berlari secepat yang kau bisa, hingga mengusangkan saat-saat yang indah.

Waktu, tak bisa kah kembali ke masa 'dulu' saat semuanya baik-baik saja? Ayolah, aku rindu dia juga 'dulu'.

Dulu, semua cerita jadi seru. Bahkan meskipun itu tentang tugas akhirmu yang membuat penat, meskipun itu tentang keluhanmu saat sedih dan tempat kerjamu, meskipun itu tentang rewelanku saat ditinggal coffebreak olehmu. 

Sepele, iya hanya cerita sepele seperti itu yang akan terus berlanjut menjadi sejarah yang tak di bukukan. Lalu, saat ini apakah kita sudah kehabisan cerita? Tak adakah cerita seru lain yang menggantikan keheningan ini? Apa tak ada lagi cerita seru yang dulu sering kita bicarakan hingga larut malam? Sudah basi kah?

Kita lebih banyak membungkam suara daripada bercerita. Kita lebih sering memendam seluruh rasa daripada berkata. Kita lebih memilih menjadi asing daripada bercanda hingga bising. Tak ada senyum yang mendebarkan, tak ada cerita yang menyenangkan, tak ada kita, tak ada dirimu, tak ada hari yang 'semeng-asyik-kan' seperti dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun