Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Gerimis Melanda Hati

14 Januari 2020   15:18 Diperbarui: 14 Januari 2020   15:54 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah lu kemakan omongan sih Bursh aja kan" Ketus Wahyu.

"Tapi menurut lu gimana Yu"

"Gua sih nggak terlalu mikirin kesana, yang penting sekarang skripsi gua beresin dulu, baru deh soal gituan dipikirin, tapi nggak wajib juga sih ada pasangan pas wisuda, keluarga aja cukup De"

Ical tidak ikut berkomentar di tengah perbincangan itu. Ia banyak melamun sambil sesekali menyeruput kopinya. Dede dan Wahyu keheranan, tadi Ical tidak begitu. Masih dalam tatapan kosong, Ical dikejutkan oleh tepukan Wahyu

"Ngelamun aja lu! Kepikiran juga" Tanya Dede.

"Nggak sih, Cuma ya terkadang gua mau juga kaya yang lain"

"Mau ada pendamping?"

"Ya sedikitnya ada mau sih"

Wahyu sudah bisa menebak jalan pikiran Ical. Ia menduga ada semacam keirian dalam diri temannya itu, juga dalam diri Wahyu sendiri. Tetapi mereka juga sama-sama berpikir tentang urgensi dari hal tersebut. Mereka sebenarnya memahami juga bahwa tidak ada urgensi tentang harapan mereka itu. Wahyu juga sadar bahwa ini bukan soal urgensi, tetapi soal gengsi.

Mereka terdiam dalam beberapa saat. Terlihat dari kejauhan Bursh tengah berjalan bersama seorang akhwat. Mereka tampak akrab dan harmonis, seolah telah menjalin hubungan yang lama sekali, dan tampak seperti telah punya tiga orang anak saking kelihatan harmonisnya. Entah siapa yang bersama Bursh, namun itu membuat Ical, Dede, dan Wahyu kebakaran jenggot.

Idealisme yang mereka tadi coba pertahankan mulai luntur perlahan ketika melihat kemesaraan Bursh. Itu baru satu, selang beberapa menit, Bale datang ke kampus, ia tampak membonceng seorang akhwat. Ia mengenakan gamis berwarna merah padam, dengan tas punggung kecil, ya tidak terlalu kecil pula, sepertinya sedang, menempel dengan rapi, kelihatan cocok dan pantas. Belum lagi kacamata sedang yang menghiasi wajahnya menambah kesan anggun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun