Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kembang Tak Berkembang

5 Januari 2020   19:34 Diperbarui: 5 Januari 2020   19:38 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tunggu saja di rumah jangnan kemana-mana sampai ibu pulang, kamu mengerti nak"

Sambil termenung anak itu mengangguk pelan.

Beberapa hari selanjutnya, anak-anak sekolah masih kerap melihat anak itu berkeliaran di rumah haji Imron. Nampaknya anak itu tidak kapok juga. Dan di hari kemudian sudah menjadi kebiasaan warga untuk mengantarkan anak itu pulang kepada ibunya karena terpergok mengacau di rumah haji Imron.

Sampai pada suatu siang, warga benar-benar dibuat naik pitam dengan kelakuan anak iu. Mereka mendapati laporan dari anak-anaknya sepulang sekolah. Mereka mengadu bahwa siang itu pekarangan rumah haji Imron sudah tidak karuan, ia mencabuti tanaman dan menghamburkannya seenaknya, ia juga menumpahkan tong sampah, dan yang paling parah adalah dengan memberaki bunga mawar itu.

Warga bergegas berangkat dengan penuh amarah menuju rumah haji Imron, kemudian mereka melihat bahwa benar pekarangan rumah haji Imron sudah tidak karuan. Tanpa lama berdiam diri warga langsung menuju rumah anak itu. Tak ketinggalan, sekarang warga coba mengajak wa Aman agar bisa menjelaskan secara langsung tentang kesakralan rumah haji Imron dan siapa dia.

Ibu anak itu terkaget saat mendengar kerumunan di luar rumahnya. Sampai ia membuka pintu, ia makin gemetar karena melihat warga banyak datang, juga dengan emosi. Kemudian ia dipertemukan dengan wa Aman untuk membicarakan soal rumah haji Imron dan tentu tentang anaknya.

"Benar pak, maafkan anak saya, saya sudah melarangnya, tetapi dari pagi sampai siang saya harus bekerja, dan ia sendiri di rumah, saya juga tidak tega kalau harus menguncinya" Ratap sang Ibu.

"Saya paham dengan kesulitan ibu, tapi yang perlu ibu tau bahwa memang rumah itu keramat, terutama tentang cerita bunga mawar yang mungkin ibu sudah ketahui" Terang wa Aman.

"Bunga itu sepeninggal haji Imron sudah tidak lagi berbunga, cerita dari kakek saya bahwa hanya dengan sentuhan orang berhati suci bunga itu dapat kembali berbunga, dan tindakan anak ibu yang bahkan memberaki dan mengencinginya tentu tidak dapat dibenarkan" Tambahnya.

Setelah lama berbincang, ibu anak itu sepakat dengan wa Aman untuk menitipkan anaknya ke salah seorang warga guna menjaganya dari pagi sampai siang dengan membayar iuran perawatan rumah haji Imron seikhlasnya. Anak itu tak terlihat sama sekali, kata ibunya ia sedang terlelap tidur sepulang diajak belanja ke pasar olehnya.

Wa Aman dan warga yang mulai sudah tenang berangkat menuju rumah haji Imron untuk melihat keadaan rumah dan membersihkannya. Saat mereka baru masuk ke pekarangan rumah tercium aroma harum yang begitu menyengat juga menyejukan. Dan sesampainya di pekarangan, wa Aman terutama dibuat kaget dengan kondisi bunga mawar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun