Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Rejuvenasi Ideologi dan Pembentukan KIMBERLI

9 Juni 2019   07:35 Diperbarui: 9 Juni 2019   09:03 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com/TeroVesalainen

Suasana setelah rekonsiliasi membuat kondisi kampus menjadi lebih adem dan tenang. Tidak lagi terdengar kegaduhan secara langsung di dalam kampus maupun di media sosial. Beberapa propaganda yang tertempel di mading kini sudah tak juga terlihat rimbanya. 

Keadaan ini dirasakan pula secara gembira oleh para warga kampus, khususnya bagi para akhwat yang memang menjadi stimulus konflik dikalangan ikhwan mistis.

Menanggapi hal tersebut banyak akhirnya dari para akhwat kampus yang mulai leluasa untuk berkeliaran kembali di area kampus setelah sebelumnya mereka lebih banyak bersembunyi dan langsung saja pulang. 

Hal ini tak lain karena pada saat itu suasana kampus sedang tidak kondusif dan berbahaya. Namun setelah ini semua selesai, hawa kelegaan nampak dari wajah mereka.

"Alhamdulillah ya, semuanya udah kaya dulu lagi" Seru seorang akhwat.

"Iya, syukur sekarang aman lagi, udah lama juga kita kehilangan rasa tenang di kampus" Balas temannya.

"Iya ukh, tapi ya di kampus aman, eh disekitaran kampus malah rawan kasus pencurian sama oknum cabul"

"Waduh, ngeri juga ya, kita harus hati-hati kalau gitu ya ukh!"

Percakapan kedua akhwat itu terjadi di kantin kampus, dan kebetulan pada saat itu Bursh dan Dede sedang makan batagor di sana, tepat dibelakang para akhwat tadi. Tentu apa yang dikatakan oleh kedua akhwat tersebut didengar jelas oleh Bursh dan Dede. Hingga pada saat makanan mereka habis Dede mulai membuka pembicaraan

"Bursh, bagus nih banyak respon positif dari hasil rekonsiliasi kemaren, tapi lu denger kan barusan kata mereka"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun