Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ingin Hidup Bahagia dan Sejahtera? Tidak Semudah itu Fergusso!

17 April 2019   19:58 Diperbarui: 17 April 2019   20:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Alexas_Fotos

Kita seringkali mungkin mendambakan hidup yang nyaman, memiliki segudang perhiasan, beristri empat berpangkat setinggi langit, bahkan ngebet ingin mempunyai 14 juta subscriber layaknya Atta Samber Gledek! Namanya juga homo sapiens, maka maklum saja jika memang berpikiran demikian. Justru saya akan merasa dongkol apabila ada seroang insan yang ingin hidup serba susah, serba resah, dan serba gelisah. Rasanya mustahil mylov!

Sebagai transformasi dari homo erectus yang primitif itu, tentu kehidupan insan modern, atau disebut Yuval Noah Harari sebagai homo deus sudah jauh lebih kekinian dan tak lupa makin aneh-aneh saja kemauannya. Kalau dulu anak-anak SD kita ingat merengek minta uang buat beli es potong di depan gerbang sekolah, tapi apa yang terajadi di zaman kiwari? Apa Hayoh? That's right, mereka ngerengek sejadi-jadinya untuk membeli char PUBG dan Mobile Legend edisi valentine itu loh! Dasar homo deus snoob!

Gayung bersambut, sebagai generasi millenial yang hidup dan berkembang ditengah badai kemajuan zaman yang tak ternyana gelombangnya, saya merasakan jelas perubahan laku hidup masyarakat zaman old 3.0 ke era baru masyarakat zaman now 4.0. Salah satu ciri utama generasi masa kini sebagaimana disebut Tapscott dengan Net-Generation adalah ndak sabaran dan malas ini itu.

Itulah sebab mengapa generasi sekarang memang terkenal malas. Saking malasnya  tulisan "Malas gerak" aja di singkat "Mager", tulisan "Nggak apa-apa" disingkat "GPP", bahkan laknatnya lagi tulisan "Iya" cuman dibales "Y", kan jadi pingin nyentil empedunya deh!1!1!1. Tapi ironi memang, tatkala kenyataan berkata demikian, saya hanya bisa merasa iba saja pada sekalangan homo sapiens yang bisa-bisanya bilang "Kita bisa sukses, hidup bahagia lagi sejahtera, dan itu MUDAH!" Helaww, mudah katamu ? Yakin ? Cyusss ?

Betapa durhakanya saya jika mengiyakan fatwa tersebut. Pemakaian kata "Mudah" ini harusnya dilaporkan kepada polisi, kepada pengadilan, karena sudah jelas ini salah satu bentuk hoax terbesar abad ini, ini bohong! Mungkin kasus hoaxnya politisi bunda Ra*na Sarum**et yang katanya babak belur itu akan kalah pamornya.

Hal diatas memang bisa dikatakan mudah jika disertai kemauan. Tetapi tentu disini hal yang perlu dikritik adalah cara penyampaian pola kalimat tadi yang tergolong memudahkan dan memutuskan rantaian maknanya. Berhenti hanya pada kesimpulan mudah, sama saja dengan mengatakan bahwa berenang diatas kobaran lava pijar itu aman dan menyenangkan. Menyenangkan Ndasmu!

Nahasnya si empunya, tidak sama sekali memberikan cara atau tahapan implementasi seperti apa agar pencapaian kesuksesan sebagai aktivis dan akademisi itu dapat diraih dengan "mudah". Tidak menyertakan alasan, dan tidak terdapat argumentasi logis jelas itu menyesatkan. Berkata ini mudah dan itu mudah tanpa pertimbangan, siapapun juga bisa keleus!1!1!1

Poin penting yang terlewat dalam argumen tadi ialah soal asas ujaran yang melangit itu bagaimana. Lagipula perjuangan untuk sukses itu akan sama sekali bertolak belakang dengan makna kata mudah itu sendiri. Seolah fase yang dilalui dari lika liku pencapaian kesuksesan itu lurus dan tanpa hambatan. Padahal jelas ada dukanya, ada malunya, ada pedihnya, ada mirisnya, ada gagalnya dan, dan, dan.....yha kan jadi syedi :(

Terlepas dari kesedihan dan kegagalan tadi, justru kiat menjadi sukses itu dapat telihat, membangun mulai dari nol, terinjak sampai lebur dan kemudian mengkonstruksinya kembali, dan belum lagi terhempas angin sehingga partikel menuju tangga kesuksesan itu tercerai berai untuk kedua kalinya, hingga pada suatu kala mencapai keajegan, kita mampu mempertahankannya, dari gangguan, dari hantaman. Belajar dari pengalaman, dari kegagalan, sukses kemudian.

Memudahkan sesuatu yang sulit bisa-bisa membuat kita malas untuk berjuang, disenggol dikit merengut, disentak dikit manyun. Memberikan kejelasan dalam bentuk uraian permasalahan yang akan dihadapi jelas lebih menguntungkan guna menyerap saripati ilmunya, mampu menganalisis ketika begini harus bagaimana, dan ketika begono harus pegimane.

Hidup bahagia dan sejahtera jelas bisa, dan tentu saya tidak akan bilang ini sebagai sesuatu yang mudah. Lha wong Atta Samber Gledek pun saat subcribernya baru mentok di 100 gayanya masih tak beda jauh dengan saya. Bahkan VA juga demi sesuap nasi bernilai 80 juta rela bepetualang sampai ke Surabaya. Kamu yang katanya pingin sukses tapi masih saja diam tanpa kata, tanpa kerja, bahkan untuk balas chat dariku saja engkau enggan. Yakin mau sukses ? Mie apah ?

Sukses itu perlu pembuktian, bukan sekedar retorika semata layaknya debat capres dilayar kaca tempo lalu, Ups ups ups. Sekali lagi saya tekankan, bahwa menjadi sukses lagi moncer sabagai makhluk tidaklah mustahil, ada beragam cara yang direngkuh dan djialani agar keinginan agar sukses sebagai aktivis dan akademisi itu tercapai. Belajar, kerja keras, disiplin, dan sabar adalah kunci yang tidak mudah untuk dijalani. Duhai ananda camkanlah, sukses tidaklah mudah, karena yang mudah adalah berkata cinta, namun hanya dimulut saja! Pissss!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun