Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Babad Ikhwan Mistis: Serangan Balasan dari Kaum Pesakitan

30 Maret 2019   18:36 Diperbarui: 30 Maret 2019   19:08 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Sasint

"Gawat!" Wahyu menepuk keras bahu Dede.

"Gawat apaan?" Tanya Mou cemas.

Wahyu menunjukan isi pesan Izal, ia mengatakan bahwa dirinya, Ical, dan Iman sedang dalam posisi krisis dan diserbu oleh para kaum bro. Amarah langsung memuncak di ubun-ubun Dede. Segera ia mengajak kedua temannya itu untuk segera berangkat sekarang juga. Terlihat Mou dan Wahyu mengiyakan ajakan Dede, meskipun tidak bisa dibohongi mereka dengan berat hati harus meninggalkan mie ayam yang baru saja mereka pesan, dan baru sedikit pula yang mereka sempat cicipi. Namun perpisahan menyedihkan mereka dengan mie ayam itu segera terganti oleh semangat perjuangan atas nama solidaritas.

Setelah membayar, mereka langsung bergegas menuju selasar masjid. Tidak lupa, Dede mengabari para anggota muda ikhwan pro untuk merapat, diantaranya adalah dua anggota baru kelas berat, yaitu Duls dan Babe. Ia meminta mereka untuk merapat dahulu di sekitar lapangan sebelum langsung menuju ke selasar masjid.

Tidak sampai lima menit, mereka sudah berkumpul di sekitar lapangan. Wahyu, Dede, Mou, Duls, dan Babe. Sambil menyusun strategi, Mou berinisiatif mencari sukarelawan untuk bisa bergabung bersama mereka. Kebetulan Rey dan Setia tengah berjalan menuju ke arahnya. Seketika Mou mengajak mereka, dan untungnya mereka sedang tidak ada agenda, dan akhirnya memutuskan bergabung ke dalam barisan perlawanan.

Dede mulai memberikan arahan kepada para kaum pro yang sudah berkumpul. Matanya merah bergelora, suaranya lantang menggema. "Kita tidak boleh membiarkan para penindas itu dengan enaknya mengeroyok teman-teman kita. Kita buktikan bahwa kaum tertindas kini bangkit. Kita tidak takut hegemoni. Mari hari ini kita tumpaskan status quo. Ganyang kapitalis!"

Semua yang mendengarkan orasi singkat dari Dede langsung terbakar semangatnya. Segera mereka berjalan menuju selasar masjid. "Bala bantuan datang kamerad!" Pesan singkat Wahyu kepada Izal. "Tonenet-tonenet tonenet-tonenet" HP Izal berbunyi, secepat kilat ia membukanya, dan kemudian terlihat binar-binar bahagia di matanya, senyumnya mulai menyeringai. "Bala bantuan datang" Bisiknya pada Iman dan Ical. Mereka mengangguk paham, dan kini menjadikan ketegangan dalam diri mereka luntur seketika.

Sekarang mulai terlihat dari mata Bursh dan Roy, ada beberapa orang yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Semakin lama, suara keriuhan semakin terdengar jelas. "Ganyang borjuis, ganyang borjuis!" Suara itu makin jelas di telinga Izal, Ical, dan Iman. Mereka makin bertambah semangatnya. Di sisi lain kaum bro mula panik dengan keadaan itu.

"Wah mereka balik nyerang nih" Gumam Egi.

"Tenang bro jangan takut, santai aja" Bale mencoba menenangkan, walaupun keringat mulai mengairi wajahnya.

"Ganyang borjuis!" Suara Dede makin lantang terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun