Oleh : Aulia Rahman FauqiÂ
Seorang Guru Pengajar di Sekolah Al-Hidayah Islamic School Lippo Cikarang.
Di balik kesibukan dunia akademik dan aktivitas mengajar, terdapat kisah menarik dari seorang pendidik yang menjadikan menulis sebagai jalan sunyi untuk menyuarakan gagasan. Dialah Nurul Yaqin Syam, seorang dosen, guru, sekaligus penulis opini yang dikenal lewat gaya tulisannya yang jernih, mendalam, dan menyentuh sisi humanis dunia pendidikan.
Dalam sebuah sesi wawancara inspiratif, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Pelita Bangsa, berkesempatan menyelami lebih dalam perjalanan kepenulisan sosok yang juga mengajar di SMP An-Nur Cikarang Baru ini.
Dari Pondok Pesantren ke Halaman Media Massa
Ketika ditanya tentang awal mula perjalanannya menulis, Bapak Nurul Yaqin Syam mengajak kami mundur ke masa saat dirinya masih menimba ilmu di sebuah pondok pesantren di daerah Madura. Di sela rutinitas menghafal kitab dan kegiatan pesantren lainnya, beliau menemukan kesenangan baru yaitu membaca.
"Saat teman-teman lain tertidur lelap di siang hari, saya malah antusias membuka halaman demi halaman media cetak. Di sanalah saya mulai jatuh cinta pada tulisan, terutama artikel-artikel opini yang menyentuh realitas kehidupan," ungkapnya.
Motivasi awalnya sederhana ingin menyuarakan isi hati dan pikiran yang sering kali tidak sempat terucap. Namun dari sana, tumbuhlah keinginan yang lebih dalam: menjadikan tulisan sebagai medium dakwah, edukasi, dan perubahan sosial.
Tulisan Pertama yang Tak Terlupakan
Setiap penulis pasti memiliki karya pertama yang melekat di hati. Bagi Bapak Nurul, artikel berjudul "Setiap Anak adalah 'Bintang'" yang diterbitkan oleh Serambinews.com pada tahun 2016 adalah titik balik yang paling membekas.
(Baca artikelnya di sini: Setiap Anak adalah Bintang -- Serambinews)
"Tulisan itu saya buat setelah melihat betapa sistem pendidikan kita terkadang terlalu menuntut standar yang sama, seolah lupa bahwa setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing," jelas beliau.
Artikel tersebut tidak hanya menjadi debutnya di media nasional, tapi juga memperkuat keyakinannya bahwa tulisan bisa menjadi senjata yang lebih tajam dari sekadar kritik verbal.
Menghidupkan Literasi dari Ruang Kelas ke Ruang Publik
Wawancara antara Aulia Rahman Fauqi dan Nurul Yaqin Syam ini lebih dari sekadar tanya jawab---ia adalah percikan api yang bisa menyalakan semangat literasi di kalangan mahasiswa, guru, dan siapa saja yang peduli pada pendidikan.
Dari ruang kelas hingga halaman media massa, dari pesantren di Madura hingga sekolah di Cikarang, perjalanan menulis Bapak Nurul Yaqin Syam adalah bukti nyata bahwa satu tulisan bisa menginspirasi banyak perubahan.
Semoga kisah ini menjadi dorongan bagi para calon guru untuk tak hanya mengajar, tapi juga mengabadikan pikiran-pikiran terbaik mereka dalam bentuk tulisan---karena setiap ide baik pantas didengar, dan setiap guru punya cerita yang layak dibaca.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI