Haji dan umrah bukan sekadar ibadah ritual, melainkan juga pengalaman spiritual yang diharapkan berjalan lancar, aman, dan penuh keberkahan bagi jutaan jemaah dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan jumlah jemaah terbesar di dunia, Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam mengelola keberangkatan, pelayanan, dan kepulangan mereka. Dalam konteks ini, peran tokoh-tokoh seperti KH. Irfan Yusuf Hasyim (Gus Irfan) dan Dahnil Anzar Simanjuntak kerap menjadi sorotan, terutama ketika berbicara tentang reformasi di lingkup Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi serta sinerginya dengan pemerintah Indonesia.
Gus Irfan: Suara Moral dan Tradisi Pesantren
Gus Irfan, cucu dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, sering tampil sebagai tokoh yang menekankan pentingnya pelayanan haji dan umrah tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga spiritual. Dalam pandangan beliau, jamaah haji Indonesia bukan sekadar "penumpang" dalam sistem birokrasi haji, melainkan tamu Allah yang harus dijaga martabat dan kemuliaannya.
Dari perspektif pesantren, Gus Irfan mendorong adanya sinergi antara ulama, pemerintah, dan otoritas Saudi dalam memastikan jamaah mendapat bimbingan yang tepat. Baginya, reformasi pelayanan haji harus menyentuh aspek manasik, pembinaan akhlak, hingga literasi digital jamaah agar siap menghadapi sistem baru berbasis teknologi yang diterapkan Arab Saudi.
Dahnil Anzar: Diplomasi dan Kebijakan Publik
Di sisi lain, Dahnil Anzar sebagai figur yang kerap terlibat dalam diskursus kebijakan publik dan hubungan bilateral, menekankan bahwa urusan haji bukan hanya persoalan religius, melainkan juga diplomasi antarnegara. Arab Saudi dengan visi modernisasinya di bawah Saudi Vision 2030 terus melakukan reformasi besar-besaran, termasuk dalam penyelenggaraan haji dan umrah.
Dalam hal ini, Dahnil menilai Indonesia harus mampu menempatkan diri sebagai mitra strategis. Kuota haji, akses layanan, hingga fasilitas transportasi dan akomodasi harus diperjuangkan melalui jalur diplomasi yang elegan. Reformasi Kementerian Haji dan Umrah di Saudi harus diikuti dengan reformasi di tanah air, termasuk transparansi biaya, sistem digitalisasi, dan penguatan regulasi biro travel umrah.
Harapan Jemaah Indonesia
Harapan utama jamaah Indonesia sederhana: bisa beribadah dengan khusyuk tanpa dibebani masalah teknis. Peran tokoh-tokoh seperti Gus Irfan dengan perspektif religius dan Dahnil dengan pendekatan kebijakan publik, dapat melengkapi upaya pemerintah dalam merespons reformasi yang dilakukan Saudi.
Pada akhirnya, reformasi Kementerian Haji dan Umrah harus dibaca bukan hanya sebagai perubahan administratif, melainkan momentum untuk meningkatkan kualitas pelayanan ibadah umat Islam dunia. Bagi Indonesia, inilah saatnya memastikan bahwa setiap jamaah, dari Sabang sampai Merauke, berangkat dengan penuh harapan, beribadah dengan tenang, dan pulang membawa predikat haji mabrur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI