Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sebelum Menghakimi Andra Soni...

15 Oktober 2025   12:52 Diperbarui: 16 Oktober 2025   20:33 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Banten Andra Soni. (Foto: KOMPAS.COM/RASYID RIDHO)

Banyak warganet menilai keputusannya menonaktifkan kepala sekolah sebagai langkah gegabah, tanpa memahami bahwa tindakan tersebut bersifat administratif dan sementara.

Dalam logika publik digital yang cenderung hitam-putih, tindakan tegas terhadap kepala sekolah sering disalahartikan sebagai keberpihakan kepada siswa yang melanggar aturan.

Padahal, keputusan Andra Soni merupakan upaya menegakkan prinsip keadilan prosedural sambil memberi ruang bagi mediasi dan penyelidikan yang objektif.

Fenomena ini mencerminkan bias emosi publik yang terbentuk oleh narasi viral, bukan oleh pemahaman kontekstual. Media sosial sering kali beroperasi sebagai ruang "pengadilan moral" tanpa hakim dan tanpa berkas perkara.

Dalam kasus ini, Andra Soni menjadi korban dari ketidakseimbangan persepsi: ketika publik menuntut pemimpin bertindak tegas, tetapi sekaligus mencela ketika ketegasan itu tidak sejalan dengan sentimen mayoritas.

Di sinilah ironi ruang publik digital bekerja--rasionalitas tenggelam dalam arus emosi, dan kebijakan bijak kerap kehilangan tempatnya di tengah kebisingan algoritma.

Gubernur Andra Soni dan Logika Etika Kebijakan

Langkah Gubernur Banten, Andra Soni, yang menonaktifkan sementara kepala sekolah sambil memediasi persoalan ini adalah langkah yang tepat dan proporsional.

Dalam konteks governance ethics, keputusan ini mencerminkan prinsip keadilan restorative--menghentikan rantai kekerasan sambil memberi ruang untuk refleksi dan penyelesaian secara adil.

Keputusan tersebut bukan bentuk penghukuman semata, melainkan upaya menegakkan akuntabilitas publik.

Di tengah derasnya tekanan opini masyarakat yang terbelah, Gubernur memilih jalan tengah yang rasional: mengutamakan penyelidikan, mendengarkan semua pihak, dan memulihkan kepercayaan publik terhadap sistem pendidikan daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun