Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menakar Fungsi Pengawasan DPD RI dalam Program MBG

7 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 7 Oktober 2025   00:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baliho calon anggota legislatif untuk DPD RI yang sobek di Jalan Basuki Rachmat, Jakarta Timur, Jumat (19/1/2024).(Foto: Kompas/Agus Susanto)

Keracunan berulang dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyingkap rapuhnya pengawasan kebijakan publik di Indonesia. Pemerintah memang merespons cepat, tetapi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI justru kurang optimal menunjukkan sikap kritisnya sebagai sebuah lembaga reprentasi daerah.

Kelemahan ini mempertegas defisit representasi daerah dalam kebijakan nasional, terutama bila dibandingkan dengan peran senat di negara lain yang jauh lebih aktif dan substantif.

Pertanyaan yang paling mudah diajukan di sini adalah: kemana para anggota DPD RI saat 10.482 anak mengalami keracunan (Kompas, 6/10/2025) yang tersebar di puluhan provinsi?

Ketiadaan sikap kritis DPD justru menegaskan kelemahan struktural lembaga ini dalam memperjuangkan aspirasi daerah.

MBG sebagai Isu Kebijakan Publik Strategis

MBG tidak hanya soal pangan dan gizi, tetapi juga terkait tata kelola kebijakan publik atau Good Governance yang dalam literatur akademik harus mengedepankan transparansi, akuntabilitas, partisipasi publik, penegakan hukum, efektivitas dan efisiensi, responsivitas, dan sebagainya.

Keterlibatan banyak aktor--pemerintah pusat, TNI-Polri, SPPG, sekolah, penyedia jasa katering, hingga masyarakat--menjadikan program ini kompleks.

Keracunan berulang akibat MBG menunjukkan adanya masalah sistemik: lemahnya standar distribusi, kurangnya pengawasan, dan ketidakseragaman kualitas antar daerah.

Dengan sifatnya yang lintas daerah, DPD seharusnya berperan vital dalam menjembatani persoalan lokal dengan kebijakan nasional.

Kelemahan Peran DPD RI dalam Pengawasan Program MBG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun