Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menguatkan Hari Bahasa Isyarat Internasional di Indonesia

23 September 2025   21:17 Diperbarui: 24 September 2025   15:27 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini menegaskan bahwa bahasa isyarat adalah sistem komunikasi yang berdiri sendiri secara linguistik, bukan turunan dari bahasa lisan manapun.

Konsekuensi dari kekeliruan cara pandang kita tentang Bahasa isyarat akan berdampak pada: kebijakan pendidikan, pelayanan publik, dan representasi media yang seringkali mengabaikan kenyataan bahwa bahasa isyarat adalah bahasa ibu bagi komunitas tuli, dan pengakuan terhadapnya adalah pengakuan atas identitas dan hak politik.

Fakta seputar bahasa isyarat

Salah satu fakta menarik yang masih kurang diketahui publik adalah bahwa bahasa isyarat telah digunakan jauh sebelum era modern bahkan sejak abad ke-4 SM, menunjukkan kedalaman sejarahnya yang luar biasa.

Sampai saat ini, diperkirakan ada 300 bahasa isyarat di seluruh dunia, sehingga belum ada satu bahasa isyarat yang bersifat universal.

Meskipun tampak visual, bahasa isyarat memiliki unit berulang seperti bentuk tangan (handshape), lokasi, orientasi, dan gerakan yang berperan mirip fonem dalam bahasa lisan.

Ekspresi wajah dan gerakan tubuh bukan sekadar 'emosi' tetapi pengangkut makna gramatikal (mis. untuk menandai jenis pertanyaan, kondisi, atau topik referensial).

Penelitian neurolinguistik menunjukkan bahwa penggunaan bahasa isyarat melibatkan area bahasa di otak serupa dengan bahasa lisan --- menegaskan statusnya sebagai bahasa sejati, bukan representasi kasar.

Selain itu, setiap negara membangun bahasa isyaratnya sendiri dengan dialek dan ragam yang berbeda, termasuk Indonesia yang mengenal dua sistem utama: Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

SIBI yang dikembangkan berlandaskan adaptasi dari American Sign Language (ASL) oleh orang dengar, berbeda dengan Bisindo yang tumbuh organik dari komunitas tuna rungu, dengan tujuan memudahkan komunikasi antar anggota komunitas itu sendiri.

Perbedaan antara BISINDO dengan SIBI dapat dicontohkan: 

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun