Akhir kata...
Jika kita merayakan 23 September hanya dengan simbolisme tanpa disertai reformasi substantif, kita kian mengukuhkan status bahasa isyarat sebagai "opsi" alih-alih hak.
Waktunya adalah sekarang: demi anak-anak tuli yang hari ini belajar di kelas tanpa bahasa ibu mereka, demi warga yang berhak mendapatkan informasi pada saat krisis, dan demi sebuah republik yang menjunjung tinggi hak setiap warganya---bahkan ketika hak itu tak bisa didengar, tetapi selalu dapat dilihat dan dipahami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI