Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Obituarium Paus Fransiskus, Sang Gembala Pembela Kemanusiaan di Pusaran Konflik Israel-Palestina

21 April 2025   17:08 Diperbarui: 21 April 2025   21:46 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus bersama Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, saat berkunjung ke Indonesia. (Foto: Kompas.com)

Paus Fransiskus, melalui kecamannya, sejalan dengan prinsip ini: menolak pembenaran kekerasan meski atas nama "pertahanan diri".

Analisis akar konflik oleh peneliti Indonesia menunjukkan bahwa klaim historis-religius dan campur tangan politik internasional memperkeruh situasi.

Paus Fransiskus memahami kompleksitas ini, sehingga kritiknya tidak hanya ditujukan pada Israel, tetapi juga pada komunitas global yang abai terhadap penderitaan Palestina.

Sikap Paus Fransiskus terhadap konflik Israel-Palestina bisa dianalisis melalui pendekatan etika profetik, sebagaimana dikembangkan oleh Kuntowijoyo dalam ranah ilmu sosial transformatif.

Ia tidak sekadar menjadi pemimpin agama, tetapi juga "nabi zaman kini" yang menyuarakan nilai keadilan transenden dalam kerangka tindakan konkret.

Konsep ini selaras dengan gagasan "politik berbasis nurani" yang banyak dibahas dalam jurnal-jurnal keislaman dan humaniora Indonesia, seperti Jurnal Pemikiran Islam dan Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Dalam ranah hubungan internasional, Paus Fransiskus juga mempraktikkan pendekatan moral diplomacy yang menantang struktur realpolitik.

Ia memperlihatkan bahwa dalam sistem internasional yang anarkis, aktor non-negara seperti Gereja Katolik dapat memainkan peran normatif signifikan melalui diplomasi nilai.

Hal ini sesuai dengan kerangka teori konstruktivisme, yang menekankan pentingnya identitas, norma, dan nilai dalam membentuk dinamika internasional (Wendt, 1999).

Warisan yang Tak Padam

Kematian Paus Fransiskus meninggalkan vacuum spiritual dalam perjuangan melawan ketidakadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun