Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Refleksi Ramadan 2025, Ujian Spiritual di Tengah Turbulensi Ekonomi dan Politik Indonesia

30 Maret 2025   22:53 Diperbarui: 30 Maret 2025   22:53 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.(Foto: SHUTTERSTOCK/DAVID CARILLET via Kompas.com)

Meskipun Prabowo telah menyatakan komitmennya untuk memberantas korupsi, situasi di lapangan menunjukkan bahwa praktik-praktik korupsi masih merajalela, menciptakan skeptisisme di kalangan masyarakat.

Prabowo dalam pidato-pidatonya menekankan pentingnya pejabat publik sebagai contoh moral yang baik.

Ia menyatakan bahwa pemimpin harus mampu memberi teladan dalam menjalankan pemerintahan yang bersih dan transparan.

Namun, kritik terhadap kepemimpinan Prabowo muncul ketika sejumlah kasus korupsi terungkap, termasuk penyalahgunaan kekuasaan oleh beberapa menteri dan pejabat tinggi di bawah pemerintahannya.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada niat baik, implementasi dari etika kepemimpinan yang diharapkan masih jauh dari harapan.

Tingkat korupsi di Indonesia memang mengkhawatirkan. Dalam sebuah forum internasional, Prabowo mengakui bahwa korupsi adalah akar dari berbagai kemunduran di sektor-sektor penting seperti pendidikan dan Kesehatan.

Ia berkomitmen untuk menggunakan seluruh wewenangnya untuk memberantas korupsi, tetapi banyak pihak meragukan efektivitas langkah-langkah yang diambilnya.

Dalam catatan 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran, terdapat laporan mengenai 61 kepala daerah yang menjadi tersangka korupsi, menunjukkan bahwa masalah ini tidak hanya bersifat individual tetapi juga sistemik.

Penyalahgunaan kekuasaan juga terlihat dalam beberapa insiden yang melibatkan anggota kabinet.

Misalnya, tindakan Menteri Desa yang diduga membantu kemenangan istrinya dalam pemilihan bupati dengan mengarahkan kepala desa untuk memberikan dukungan.

Kasus-kasus seperti ini menciptakan persepsi bahwa etika kepemimpinan tidak diterapkan secara konsisten dan dapat merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun