Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Akar Kemiskinan Negara-negara Berkembang dalam Perspektif Parenti

18 Februari 2025   10:28 Diperbarui: 19 Februari 2025   22:37 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan pertambangan PT Merdeka Copper Gold Tbk (IDX: MDKA). (DOK. MDKA via Kompas.com)

3. Intervensi Politik dan Militer: Negara-negara maju sering kali melakukan intervensi politik dan militer untuk memastikan kepentingan ekonominya tetap terlindungi.

Imperialisme modern yang dilakukan oleh negara-negara besar tidak hanya berupa penjajahan militer, tetapi juga dalam bentuk kontrol ekonomi dan politik yang lebih halus.

Pada konteks ini, termasuk pengaruh dalam lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Melalui mekanisme utang dan kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh lembaga-lembaga ini, negara-negara berkembang terjebak dalam siklus utang yang tidak pernah selesai, yang hanya memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.

Kondisi Indonesia dalam Kerangka Pemikiran Parenti

Jika kita menganalisis kondisi Indonesia melalui lensa pemikiran Michael Parenti, kita dapat melihat bagaimana Indonesia, seperti banyak negara berkembang lainnya, terjebak dalam pola yang sama.

Sejarah kolonialisme yang panjang di bawah Belanda meninggalkan jejak yang mendalam, dengan kontrol terhadap sumber daya alam dan kekayaan Indonesia yang dieksploitasi demi keuntungan negara kolonial.

Setelah kemerdekaan, meskipun Indonesia tidak lagi dijajah secara langsung, negara ini tetap terperangkap dalam dominasi ekonomi global yang sangat dipengaruhi oleh negara-negara besar, termasuk Eropa dan Amerika.

Salah satu contoh konkret adalah utang luar negeri Indonesia yang terus meningkat, yang sebagian besar berasal dari pinjaman yang diberikan oleh lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia.

Kebijakan ekonomi yang dipaksakan oleh lembaga-lembaga tersebut sering kali lebih mengutamakan kepentingan negara-negara pemberi pinjaman, yang tidak jarang merugikan rakyat Indonesia.

Seperti yang ditunjukkan dalam krisis moneter 1997-1998, kebijakan yang disarankan oleh IMF mengarah pada pemotongan anggaran sosial, privatisasi aset negara, dan pembukaan pasar untuk kepentingan asing, yang justru memperburuk kondisi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun