Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Makan Bergizi Gratis di Tengah Anggaran yang Menipis

15 Februari 2025   14:20 Diperbarui: 15 Februari 2025   14:20 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkeu Sri Mulyani (kiri) bersama Wamenkeu Suahasil Nazara menggelar konferensi pers , 27 Mei 2024.(Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO)

Kebijakan makan bergizi gratis, terutama untuk anak sekolah dan kelompok rentan, telah menjadi sorotan global sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengurangi kesenjangan sosial. 

Namun, di tengah kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang menipis, implementasi kebijakan ini menghadapi tantangan besar. 

Artikel ini mengulas bagaimana kebijakan makan bergizi gratis dapat diintegrasikan dengan strategi pengelolaan anggaran yang efektif, tanpa mengorbankan tujuan utamanya. 

Apakah efisiensi anggaran menjadi satu-satunya solusi, atau ada alternatif lain yang dapat mengurangi beban fiskal?

Makan Bergizi Gratis: Investasi Jangka Panjang

Program MBG merupakan langkah strategis untuk mengatasi masalah malnutrisi dan stunting yang masih menjadi isu serius di Indonesia.

Dengan target awal mencakup anak-anak sekolah, balita, ibu hamil, dan menyusui, program ini diharapkan dapat meningkatkan status gizi dan kualitas Pendidikan.

Studi oleh Gundersen et al. (2012) dalam Journal of Nutrition menunjukkan bahwa program makan bergizi gratis berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kesehatan, produktivitas, dan kemampuan kognitif, terutama pada anak-anak. 

Di Indonesia, program serupa dapat menjadi instrumen penting untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam pengentasan kelaparan dan peningkatan kualitas pendidikan.

Untuk diketahui bahwa prevalensi stunting pada anak di Indonesia tetap tinggi selama dekade terakhir, dan di tingkat nasional sekitar 37 persen (Beal, T., et al., 2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun