(5)
 Seberapa mengerti, bahwa negara tercipta mahal harganya
 untuk satu pekikan bersama, merdeka
 oleh mereka, yang berbeda baju dan cara berdoa
 oleh mereka, yang tak pernah bertanya leluhurmu siapa
 oleh mereka, yang rela seberapa banyak pun darah ditebuskan
 (6)
 Kini, tanpa sadari, noda-noda hitam kita tuangkan sendiri
 di wajah-wajah angkuh menang sendiri
 coreng moreng, melumuri tangan-tangan yang dulu ringan menyalami
 untuk siapa?
 untuk ego sontoloyomu?
 untuk harga diri persetanmu?
 (7)
 masak iyaa, kita berlagak lupa cara menghargai, sementara dulu kita saling mesra menyayangi
 masak iyaa, kita kekeh menang sendiri, sementara dulu kita saling mengalah mengasihi
 masak iyaa, kita abai saudara sebangsa sendiri, sementara dulu kita saling tulus peduli
 (8)
 masak iyaa kita mau lupakan sejarah, satu negeri
 masak iyaa kita mau campakkan budi pekerti
 masak iyaa, kita mau tanggalkan hati nurani
 (9)
 lalu, masihkah ada Tuhan dalam diri?
 atau, apakah kita sudah jadi sontoloyo, membunuh Tuhan dalam hati?
 ***
 Jakarta – 24 januari 2017
 @rahabganendra
Sumber gambar Ilustrasi